Sabtu, 10 Mei 2008

Dengan Membaca Hidup Lebih Bermakna

Resensi Buku
Judul Buku : Spritual Reading : Hidup Lebih Bermakna dengan Membaca
Penulis : Dr. Raghib As-Sirjani & Amir Al-Madari
Alih Bahasa : H. Sarwedi MH Hasibuan, Lc
Penerbit : Aqwam
Tahun Terbit : 2007
Tebal : xii + 210

DENGAN MEMBACA HIDUP LEBIH BERMAKNA
Oleh Aminuddin Siregar

Salah satu yang tetap merupakan bagian terbsar dari banyak yang di hadapi oleh bangsa Indonesia ialah persoalan minat baca yang relative bermasalah. Sejumlah pakar pendidikan, sebenarnya telah mencoba berulang kali membahas hal ini. Namun persoalan ini tetap merupakan masalah actual dibicarakan. Dengan kata lain, menumbuhkan minat baca adalah pekerjaan rumah tiada akhir. Karena itu menjadi tanggungjawab semua pihak, walaupun gerakan pemberantasan buta aksara dianggap selesai.
Banyak orang mengira bahwa membaca bukan kebutuhan, melainkan sekedar hobi dan keisengan semata. Padahal menurut para pengamat dan pakar pendidikan, membaca justru membuat hidup kita lebih bermakna, mebuat pikiran tercerahkan dan membuat kita menjadi banyak tahu. Oleh karena itu pihak pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional tidak henti-hentinya mencanangkan gerakan meningkatkan minat baca. Baik pada tingkatan usia pra sekolah maupun usia lanjut.
Terbukti bahwa program nasional pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat gencar disosialisaikan dan mendapat respon langsung dari kalangan masyarakat luas. Program PAUD ini dalam kurikulamnya ternyata salah satunya memuat pengenalan membaca, meski diramu dengan kegiatan bermain yang ditonjolkan. Seperti kita ketahui bahwa pepatah lama yang mengatakan “malu bertanya sesat di jalan”.
Dalam kaitan ini anak-anak dituntun untuk membaca setiap tanda dan rambu-rambu yang tersedia agar tidak tersesat menelusuri lingkungan tempat di mana anak-anak tersebut diajak belajar sambil bermain. Ini juga dimaksudkan agar anak-ank terbiasa membaca dan mengetahui lebih banyak kosa kata di masa awal memasuki prasekolah. Termasuk juga agar mereka mengetahui jalan yang hendak dituju.
Sekarang ini muncul istilah baru yang mengatakan bahwa “malu membaca sesat di jalan”. Ini benar, ketika malu membaca nama jalan, nama kota, pelakat, dan rambu-rambu lainnya yang terdapat di hampir setiap sudut kota dan daerah. Maka kita akan tetap merasa asing dan menjadi tidak akrab seperti yang dilantunkan oleh Ariel “Peterpan” yang menggambar sebuah kota mati ketika ia tidak bisa melihat tanda-tanda kehidupan.
Menentukan Bacaan
Menurut penulis buku ini, membaca bisa dijadkan sebgai konsep hidup. Agar kita menjadikan kegiatan membaca sebagai konsep hidup, kita harus megetahui terlebih dahulu cara menumbuhkan minat baca. Cara ini harus didahului dengan menentukan bacaan..Ini bisa dilakukan secara bersama dan akan muncul bermacam-macam dan beragam bentuknya. Berbeda antara sesorang dengan orang lainnya.
Tetapi ada hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam hal cara menentukan bacaan dalam konteks menumbuhkan minat baca, yang oleh Dr. Raghib As-Sirjani & Amir Al-Madari dirinci sebanyak 10 cara menentukan bacaan, yaitu Pertama, Tujuan membaca, dimaksudkan agar setiap kita membaca bermanfaat buat diri sendiri dan orang. Misalnya berguna bagi ibu, bapak dan anak-anak kita. Bisa juga untuk teman dan sahabat kita. Banyak lagi tujuan yang bias kita tetapkan sendiri.
Kedua. Menyusun perencanan dalam membaca, cara ini juga penting, untuk melihat fasilitas yang ada, sehingga kita bias menyesuaikan dengan kebuthan, misalnya kita akan membaca 1 buku dalam dalam waktu 2 bulan. Ketiga Mengatur waktu, berkaitan dengan perencanaan yang kita tetapkan, untuk menentukan jadwal waktu secara terencana. Meskipun bias juga kita menggunakan waktu ketika menunggu antrian di Bank di Apotik, atau tempat-tempat lain yang mengharuskan kita memang antri.
Keempat. Mulailah setahap demi setahap; cara ini dimaksudkan agar kita lekas bosan atau berhenti dari membaca. Sementara kita belum sampai pada inti sebenarnya dari pesan yang disampaikan penulisnya. Dengan memulanya melalui tahapan-tahapan ini akan membuat kita lebih bersmangat dan lebih antusias dalam memenuhi keingintahuan kita tentang yang menjadi tujuan kita tadi. Kelima Totalitas dalam membaca, maksudnya kegiatan membaca bukan sekedar hobi, melainkan pekerjaan yang sangat terpuji, karena membutuhkan pemikiran, waktu, uang dan kesungguhan, termasuk pengorbanan meluangkan wakttu untuk menuliskannya agar tidak mudah terlupakan.
Keenam. Teratur dalam mengikat makna; menjaga keteraturan dalam membaca merupakan cara menambil ilmu dengan system pencatatan yang tertata rapi. Kerapian juga akan mrndorong nalusi kita untuk terus membaca dan menggali ilmu dari apa yang kit abaca. Ketujuh Buatlah perpustakaan di rumah; bahwa perpustakaan di rumah sangat penting, agar setiap anggota keluarga kita juga ikut menikmati bacaan apa saja yang baik-baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan meningkatkan kualitas hidunya dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga dimaksudkan untuk menghindari rasa bosan.
Kedelapan Sampaikan apa yang And abaca; cara ini juga menjadi penting selain melatih kita untuk mengasah yang sudah kit abaca, juga memberi manfaat bagi teman, sahabat dan kepada siapa saja kita menyampaikan yang kit abaca. Ini sama dengan ungkapan, “sampaikanlah walau satu ayat”. Dalam kaitan inilah kita perlu membentuk kelompok membaca di antara teman-teman kita. Kesembilan Bantu sahabat dan teman Anda dalam membaca; membantu teman atau sahabat merupakan cara yang sangat berguna karena bisa mengadakan perteuan sekali seminggu misalnya. Atau disesuaikan dengan kebutuhan kelompok. Di mana satu sama lain bisa bertukar informasi baru tentang yang topic masing-masing anggota kelompok..
Kesepuluh Carilah ilmu dari para Ulama, Ahli, Pakar dan para Guru, di mana cara ini kita bisa menggunakan metode bimingan, bila buku yang kit abaca menyangkut tema-tema yang berat, seperti filsafat sejarah atau yang sesuai denan pengetahuan yang diminati atau bidang studi yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.
Diperlukan Prioritas
Apabila kita telah mengetahui bagaimana cara menumbuhkan minat baca dengan jelas dan secara meyakinkan, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menumbuhkan minat baca kita. Kemudian kita akan lekas tertarik membaca apa saja, meskipun barngkali hal tersebut tidak terkait langsung dengan bidang studi yang kita peroleh di bangku kuliah.
Menumbuhkan minat baca tetap perlu digerakkan, seperti halnya yang dicanangkan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, akan pentingnya gerakan baca surat kabar. Baik membaca surat kabar, majalah, jurnal dan lain sebagainya,maupun membaca buku tetap perlu ditingkatkan. Sebab dengan membaca kita akan mengetahui lebih banyak tentang segala yang berkaitan dengan kebutuhan mikro untuk mengubah pola pikir dan pandangan kita terhadap perkembanga yang begitu cepat..
Salah satu contoh adalah perkembangan media elektonik dan digital yang semakin mencemaskan para penerbit. Sehingga penerbitan dan percetakan mesti berkolaborasi untuk masuk dalam pergaulan bisnis global melalui internet. Pernah suatu saat para penerbit buku dan surat kabar, termasuk majalah khawatir akan keberadaan media global yang disebut dengan E-book, di mana setiap orang bisa baca buku dengan santai dilayar computer tanpa bersusah payah cari buku, tinggal klik akan muncul buku yang kita minta.
Gerakan menumbuhkan minat baca menurut Dr. Raghib As-Sirjani & Amir Al-Madari diperlukan prioritas terhadap bacaan yang haus menjadi pedoman dan menjadikan hidup kita menjadi bermakna dan ini sjalan wahyu pertama yang diturunkan Allah Subhanahuwata’ala, untuk pertamakalinya disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah, yakni kalimat “Bacalah”. Jadi prioritas pertama adalah membaca Al-Qur’an.
Prioritas kedua adalah membaca Al-Hadits dan yang ketiga membaca ilmu-ilmu agama. Sementara untuk prioritas keempat, bubu-buku yang sesuai dengan spesialisasi ilmiah tertentu. Kelima, buku tentang analisis sjarah. Keenam , buku tentang politik. Ketujuh buku tentang pendapat orang lain. Kedelapan, buku tentang Sybhat seputar Islam. Kesembilan, Buku tentang pendidikan anak. Kesepuluh, buku tentang hiburan. Kalau semua prioritas ini dapat kita lakukan maka hidup akan menjadi lebih bermakna
.

Jumat, 09 Mei 2008

Mencari tempat ibadah aman?

Email kepada teman
Versi cetak
Mencari tempat ibadah aman?

Jawa Barat
Beberapa pusat pertokoan di Jawa Barat menjadi rumah ibadah Kristen
Pusat pertokoan yang kosong biasanya tidak menyenangkan atau bahkan mengerikan, seperti pada suatu Minggu pagi.

Namun pagi itu --ketika semua toko masih tutup-- banyak orang yang datang dan suara sepatu mereka bergema di lorong pertokoan yang kosong.
Masih belum jam 8 pagi dan toko-toko masih tutup, jadi tentu mereka datang bukan untuk berbelanja.
Mereka datang ke pertokotan itu untuk berdoa.
Banyak pusat pertokoan di Propinsi Jawa Barat yang kini menjadi tempat beribadah umat Kristen. Di salah satu pusat pertokoan malah ada yang menjadi rumah ibadah dari 10 persekutuan.
Hanya sebagian kecil yang bersedia menjelaskan kenapa mereka sampai beribadah di pusat pertokoan, dan --tanpa bersedia disebutkan namanya-- mereka mengatakan karena kekuatiran intimidasi kelompok Islam.
Laporan dari pihak gereja menyebutkan 100 lebih gereja diserang atau mendapat intimidasi dalam waktu 2 tahun belakangan.
Agama atau peraturan
Salah satu kelompok yang dituduh berada di belakang sejumlah insiden adalah Front Pembela Islam, FPI, sebuah kelompok yang menjadi berita besar ketika mengusir majalah Playboy edisi Indonesia keluar dari ibukota Jakarta.

Mereka menjadi marah dan frustasi sehingga ledakan kecil bisa terjadi
Saipul Abdullah

Para pemimpin umat Kristen menuduh anggota FPI yang membuat sejumlah gereja tutup karena aksi kekerasan maupun intimidasi.
Saipul Abdullah, salah satu pimpinan FPI Jawa Barat, mengatakan kepada BBC bahwa ada kemungkinan anggotanya bertindak emosional.
"Mereka menjadi marah dan frustasi sehingga ledakan kecil bisa terjadi," tuturnya.
"Mungkin mereka melepas papan nama, merusak pintu atau mengunci pintu namun mereka sebenarnya tidak punya hak untuk hal itu."
Namun Saipul Abdullah menegaskan masalahnya bukanlah agama tapi karena sejumlah gereja tidak mengikuti peraturan.
Hanya 20% gereja-gereja di Jawa Barat yang mempunyai ijin resmi untuk melaksanakan ibadah.
Dan Saipul Abdullah mengatakan dia meminta surat tentang keberadaan hukum kepada gereja-gereja yang tidak punya ijin resmi.
Jika tidak ada tanggapan, tambahnya, mereka mengirimkan surat peringatakan dan kemudian meneruskan masalahnya kepada polisi.
Tidak mudah
Agar bisa mendapat ijin resmi, maka sebuah gereja harus mencari 90 tanda-tangan dari umat Islam yang tinggal di sekitar gereja tersebut.
Namun di sejumlah kawasan jelas tidak mudah untuk mendapatkan ijin.

Gereja
Sejumlah umat Kristen kuatir untuk beribadah di tempat terbuk

Salah satu diantaranya adalah Gereja Pasundan, yang sudah berdiri di kawasan pinggiran Bandung selama 60 tahun lebih.
Namun pendetanya, Olbertina Modesta, mengatakan setiap kali mereka berupaya untuk mendapatkan tanda-tangan yang dibutuhkan maka tak ada umat Islam yang bersedia.
Propinsi Jawa Barat memang mempunyai sejarah panjang dari aliran Islam yang keras.
Selema beberapa dekade, propinsi ini menjadi daerah kekuatan Darul Islam, dan di beberapa tempat masih ada ulama-ulama yang menyampaikan pandangan keras.
Tidak ada pilihan

Bulan November tahun lalu, Gereja Pasundan diserang oleh sekelompok umat Islam setempat.
Mereka membalikkan kursi gereja dan melempari buku doa maupun merusak salib di dinding gereja.

Itulah sebabnya saya yakin ini bukan soal ijin tapi karena menjadi Kristen
Pendeta Olbertina Modesta

Dan pendeta Olbertina Modesta yakin bahwa masalah sebenarnya bukanlah sekedar ijin saja.
"Kadang saya mendengar di masjid ada yang mengatakan kami kafir dan kami tidak boleh tinggal di sini," katanya.
"Itulah sebabnya saya yakin ini bukan soal ijin tapi karena menjadi Kristen."
Polisi mengatakan sejauh ini belum ada yang ditangkap sehubungan dengan serangan itu dan pendeta Olbertina kini memimpin ibadah di sebuah rumah sakit setempat.
Pusat pertokoan dan rumah sakit jelas tidak punya ijin sebagai rumah ibadah, namun paling tidak cukup aman, dan untuk sementara waktu.
Dan sampai jemaat --seperti yang dipimpin Olbertina-- bisa mendapatkan gereja yang permanen, maka mereka akan berada di pusat pertokoan atau rumah sakit.


n

2500 Orang Hadiri Kuliah Umum Bill Gates

Jumat, 9 Mei 2008 | 09:02 WIB

JAKARTA, JUMAT – Pendiri Microsoft yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, Bill Gates, dijadwalkan memberikan kuliah umum betema Presidential Lecture Featuring Bill Gates di Plenary Hall Jakarta Convention Center sekitar pukul 08.30 WIB. Acara yang digelar Kadin Indonesia ini dihadiri sekitar 2500 peserta, terdiri dari para CEO berbagai jensi industri, anggora DPR, pejabat pemerintah, perwakilan asosiasi bisnis, LSM, para rektor, dan mahasiswa dari 45 perguruan tinggi, mitra pelanggan Microsoft, dan media.

Acara tersebut merupakan rangkaian kunjungan Bill Gates di Indonesia selama dua hari, 8-9 Mei 2008. Bill Gates datang ke lokasi acara sekitar pukul 08.15 WIB dan sedang melakukan pembicaraan empat mata dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bersama Bill Gates di atas panggung. Bill Gates mengenakan pakaian batik bercorak warna coklat tua celana hitam.

Rombongan Presiden dan Bill Gates masuk ke ruangan pukul 08.33 WIB. Turut dalam rombongan antara lain Menkokesra Aburizal Bakrie dan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu.

Sebelumnya dikabarkana bahwa Bill Gates akan mengangkat materi pembicaraan dalam kesempatan kali ini mengenai perkembangan ekonomi kreatif yang disebutnyanya creative capitalism. Indonesia saat ini tengah giat mengembangkan industri kreatif yang diperkirakan nilianya mencapai Rp80 triliun setahun.

Setelah memberikan kuliah umum, Bill Gates juga dijadwalkan menjadi pembicara kembali bersama Presiden Yudhoyono dan Craig Mundie, Chief Research and Startegy Microsoft Corporation dalam acara Government Leaders Forum (GLF) di Shangri La Jakarta pukul 13.45-15.15 WIB. Acara rutin tahunan yang digelar Microsoft tersebut dihadiri delegasi 2500 delegasi dari 25 negara Asia.

Bill Gates datang ke Indonesia, Kamis (8/5) pagi dan telah melakukan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka sore harinya.

Kedatangan Bill Gates juga dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk mempromosikan pariwisata Indonesia ke mancanegara. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Watjik menyematkan pin Visit Indonesia Year 2008 kepada Bill Gates dalam jamuan makan malam yang disaksikan Wakil Presiden Jusuf Kalla.


WAH
Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network

North Carolina perkuat Obama

North Carolina perkuat Obama
Barack Obama, Hillary Clinton
Obama memetik kemenangan penting di North Carolina
Bakal calon presiden dari Partai Demokrat Barack Obama menang di North Carolina, sementara Hillary Clinton memetik kemenangan tipis di Indiana.

Senator Obama merebut 56% suara di North Carolina, sedangkan Senator Clinton menggalang 51% suara di Indiana.

Suara dari kedua negara bagian merupakan hasil primary penting terakhir di kubu Partai Demokrat untuk menetapkan calon presiden dari partai tersebut.

Kedua bakal calon sama-sama tidak berhasil meraih kemenangan telak, tapi para analis mengatakan keunggulan Obama tampaknya semakin sulit dilawan.

Obama memimpin dalam peroleh utusan yang akan memilih calon presiden dengan 1.840, sedangkan Hillary Clinton dengan 1.684 delegasi, lapor kantor berita Associated Press.

Dalam rapat umum di Raleigh, North Carolina, Obama mengatakan: "Malam ini kita hanya kurang 200 delegasi saja dari nominasi presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat.

Sedangkan, kemenangan di Indiana dipandang sangat penting bagi Clinton untuk tetap bertahan dalam persaingan untuk berhadapa dengan calon presiden
dari Parati Republik John McCain.

Dalam rapat umum di ibukota Indiana, Indianapolis, Hillary Clinton mengatakan kepada massa pendukungnya, kampanyenya bergerak dengan "kecepatan penuh ke Gedung Putih".

Meski kata-katanya bernada tidak gentar, Clinton tampaknya telah kehilangan sebagian semangat juangnya yang khas, kata wartawan BBC di Washington Jonathan Beale.

Rabu, 07 Mei 2008

KOMITMEN PARPOL DAN CALEG PEREMPUAN

Oleh Aminuddin Siregar

Dessy Ratnasari, tampil sebagai caleg Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Menurut berita yang beredar Ia dicalonkan dari Sukabumi untuk pemilu 2004. Hak politik kaum perempuan tidak saja mesti diakomodir tetapi juga patut diberi ruang gerak dan tempat bagi siapapun saja perempuan yang punya minat dan naluri politik untuk kimprah di pentas perpolitikan kita. Sepanjang memenuhi persyaratan yang disepakati. Baik nasional, maupun lokal. Karena itu kehadiran Dessy Ratnasari sebagai caleg, mesti menjadi bagian dari idealisme politik.
Para analis gender, seperti Ratna Megawangi berpendapat bahwa perempuan perlu masuk ke dalam dunia laki-laki agar kedudukan dan statusnya setara dengan laki-laki. Inilah antara lain yang sering dijadikan sebagai pijakan meluasnya tuntutan terhadap emansipasi. Kemudian, muncullah sejumlah pendekatan dalam upaya mendiskusikan posisi perempuan dalam masyarakat. Nampaknya, perempuan sebagai figur pengasuh tidak diterima begitu saja, hingga melahirkan pemikiran perlunya kajian terhadap persamaan gender.
Persoalan feminisme dengan demikian menajdi perdebatan panjang yang sulit untuk dituntaskan. Lantaran terjadi dualisme pendapat tentang citra kaum perempuan. Di satu sisi menyatakan bahwa kaum perempuan berada pada posisi yang tertidas. Sementara di sisi lainnya mengemukakan bahwa kaum perempuan, mempunyai kedudukan yang tiada tara, baik dalam agama maupun kultural.
Anggapan yang menyatakan bahwa mereka berada dalam posisi yang tertindas, lantaran peran mereka umumnya diihat dalam konteks peran konvensionalnya menjalankan pekerjaan-pekerjaan disektor domestik belaka. Dalam tataran ideologis dan kultural, mereka dianggap mampu mensejajarrkan kedudukan mereka pada posisi yang didominasi kaum laki-laki.
Itu pula barangkali sebabnya, yang menyemangati munculnya gerakan emansipasi dan meluasnya gerakan persamaan gender. Hal ini terlihat bahwa kaum perempuan telah lebih maju lagi lantaran mereka juga nampak perfek mengejakan kegiatan tipikal laki-laki. Sehingga amatlah wajar kalu masa menjelang pemilu ini kembali mengemuka keterwakilan perempuan, apalagi secara legal formal telah dinyatakan keterlibatan mereka dalam dunia politik.
Bahwa selama ini kaum perempuan terjepit oleh persoalan gender. Sehingga ruang gerak mereka sangat konvensional dan sringkali dipandang sebagai tidak layak menjadi misalnya politisi. Status dan kedudukan mereka disektor publik seringkali dipertanyakan dan diperdebatkan. Hal ini seringkali ada pihak-pihak yang merasa diabaikan dan bahkan dirugikan, karena mereka menganggap bahwa mereka juga mampu.
Persoalannya, dalam kondisi seperti sekarang ini apakah ada pengecualian antara caleg yang dipinang oleh partai politik tertentu dan caleg yang secara sukarela mendadaftarkan dirinya sebagai caleg, berbeda dengan caleg dari kalangan kaum laki-laki, apabila nomor urut caleg identik dengan calon jadi ? Sehingga caleg dari pihak kaum perempuan cuma dijadikan sebagai pancingan atau pencetak suara belaka. Inilah antara lain yang menjadi persoalan serius dilihat dari konteks keterlibatan mereka di panggung perpolitikan. Baik nasional maupun lokal. Karena itu perlu komitmen partai politik terhadap keterwakilan kaum perempuan di lembaga legislatif

Bisnis Kursi

Belakangan muncul isu kepermukaan, bahwa partai politik tertentu menerapkan sistem pendaftaran caleg yang dibarengi dengan setoran sejumlah uang. Celakanya, muncul pula desas-desus bahwa kursi legislatif diduga telah dibisniskan. Terlepas dari otak kotor dibelakangnya. Perilaku membisniskan kursi legislatif memang bukan pekerjaan terpuji. Itu bukan saja akan merobohkan pilar kewibawaan lembaga parlemen kita. Melainkan juga menggusur habis idealisme politik.
Oknum politisi yang bertindak seperti itu patut dikategorikan sebagai politisi busuk. Situasi seperti itu telah menimbulkan persangkaan yang bisa mengakibatkan terjadinya pergesekan. Ujung-ujungnya akan muncul ancaman baru bagi terbentuknya idealisme dan cita-cita reformasi politi. Sementara itu, anggapan bahwa reformasi dan pembangunan politik, kini sedang terseok-seok dan amat tidak kondusif, adalah benar belaka.
Idealnya, setiap caleg mestinya tidak dibebani dengan sejumlah setoran uang politik dalam penentuan nomor urut. Ini jelas akan mengundang masalah. Sebab, dengan setoran uang sekian juta setiap caleg yang mendaftarkan dirinya sebagai caleg, akan menimbulkan masalah lain bagi si caleg, yang secara psikologis setiap caleg terpilih tidak akan pernah memikirkan kepentingan rakyat apa lagi untuk membelanya. Caleg seperti itu jelas akan berupaya mengganti uang politik yang telah disetorkannya.
Persoalan menyetor sejumlah uang atau tidak menyetor kepada partai politik yang meminang dan meminta kesediaan para artis mungkin bukanlah masalah serius bagi mereka. Namun bila ada caleg perempuan yang punya potensi dan siap jadi caleg. Lepas dari apakah itu nomor jadi atau bukan. Niatan untuk mendaftar yang disertai dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap nasib rakyat untuk mensejahterakannya, seharusnya diakomodir oleh partai manapun saja. Sehingga tidak terkesan bahwa partai politik yang cenderung hanya memanfaatkan ketenaran para artis belaka untuk meraup suara sebanyak mungkin.
Itu barangkali sebabnya mengapa misalnya penyanyi, Connie Constantia belum menyatakan kesiapannya menjadi calon anggota legislatif (caleg), lantaran belum melihat adanya perubahan berarti dalam panggung politik
di Tanah Air (Kompas, 21 Februari 2004). Menurutnya, apakah caleg atau capres, mesti terlebih dahulu memenuhi tiga kriteria, yakni orang kaya, takut pada Tuhan, dan punya perhatian pada rakyat. Karena itu pula wajarlah kalau Connie juga selektif terhadap parpol yang akan menggaetnya.
Caleg seperti Marissa, --nampaknya boleh dikatakan memenuhi kriteria itu, hanya saja seberapa ruang gerak diberikan padanya sesudah terpilih jadi anggota legislatif-- yang beberapa waktu lalu mengaku lebih sreg dengan Jawa Timur atau Bandung. Tidak tanggung-tanggung, Ia dijadikan sebagai calon jadi.Tentu saja kita berharap agar kehadiran kaum perempuan sebagai anggota legislatif bisa berbuat banyak untuk rakyat. Sebagai artis tenar yang cukup populer tentu tahu bangat bagaimana mengadopsi peran untuk membela kepentingan rakyat.

Janji Parpol

Tentu saja kita berharap agar keterwakilan kaum perempuan di lembaga legislatif itu bukan cuma janji belaka dari partai politik yang ada, melainkan suatu komitmen kuat. Kalau trnyata cuma janji belaka dari partai politik dan tidak bisa memenuhi kuwota sebagaimana diamanatkan undang-undang partai politik. Maka dapat diperkirakan bahwa citra kaum perempuan di panggung perpolitikan kita di Tanah Air, jelas tetap memprihatinkan.
Meskipun barangkali setiap partai politik akan tetap melirik orang-orang terkenal, orang-orang tenar, atau diidolakan masyarakat luas lewat popularitas mereka. Akan tetapi kiprah kaum perempuan di panggung politik baik nasional maupun lokal patut diakomodir. Menurut hemat kita akan lebih baik bila para artis direkrut daripa caleg yang melakukan tindakan pemalsuan ijazah untuk menjadi caleg.

Sampai hari-hari belakangan ini memang belum begitu banyak muncul nama-nama siapa saja wajah baru itu dari kalangan artis yang bakal tampil dipanggung perpolitikan kita. Akan tetapi, Nama-nama seperti Ria Irawan, Nia Daniati, Camelia Malik dan sejumlah artis tenar, nampaknya akan tampil sebagai caleg atau sekadar sebagai juru kampanye (jurkam). Ini lebih bagus daripada memalsu ijazah.
Mereka para artis itu merupakan figur-figur yang memang mesti diperhitungkan oleh partai manapun saja..Tidak hanya untuk meramaikan saja tetapi juga untuk dapat meraih sebanyak mungkin perolehan suara. Ini juga mesti bisa dijadikan sebagai pendidikan politik kaum perempuan. Bahwa posisi perempuan dapat bergeser dari figur pasif menjadi figur aktif, dari pekerjaan disektor domestik ke pekerjaan sektor publik. Sehingga peran serta kaum perempuan dalam berbagai sektor dapat berkembang.
Mereka yang misalnya memilih kendaraan politik adalah Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), --yang capresnya di isukan akan mengusung putri mantan penguasa Orde Baru H. M Soeharto, yakni Mbak Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab disapa Mbak Tutut-- tidak boleh ragu, akan tetapi mesti siap bertarung. Katakanlah seperti artis, penyanyi melankolis Nia Daniati, yang beberapa waktu lalu dikabarkan menjadi calon anggota legislatif dari Partai Karya Peduli Bangsa, yang mengaku akan memperhatikan masalah pendidikan, sebagaimana diberitakan Media Indonesia, 25-01-2004 yang lalu.
Tentang pencalonan Mbak Tutut, mantan presdien Abdurrahman Wahid (Gus Dur), justru melihatnya dari sudut lain, dan mengatakan bahwa Soeharto melarang Tutut jadi capres. Jika benar, maka adalah hal biasa dalam dunia politik, Meskipun menurut pengakuan Mbak Tutut sendiri bahwa dirinya tidak mencalonkan, melainkan diminta untuk dicalonkan. Semua itu bolehlah kita lihat bahwa caleg atau capres perempuan merupakan bagian dari idealisme politik.
Bagaimanapun kehadiran Tutut tetap mengundang persoalan politik. Namun demikian dalam konteks kiprah kaum perempuan bisa saja PKPB akan lebih banyak mengakomodir kaum perempuan dari berbagai kalangan untuk kedepan. Sebab, selain partai ini mesti menyususn kekuatan, juga mesti menciptakan strategi baru, termasuk melahirkan modus baru menjaring caleg untuk memenangkan pemilu yang digelar. Mari, kita ikuti terus perkembangan politik negeri ini dan kita sukseskan pemilu. Perlu itu.

Penulis Bekerja Pada Pusdiklat Regional Depdagri Bukittinggi