Minggu, 12 Oktober 2008

Buku jadi Gaya Hidup, Itu Perlu!

Dari : Info Galangpress info.galangpress@gmail.com

Mungkinkah buku menjadi gaya hidup (life style)? Jawabannya mantap, "Ya, bisa!", kata Mardiyanto, editor Galangpress dalam acara Roundtable PRO 2 RRI Jogja (15/09) yang dipandu Erna dan Luluk. Saat ini penerbitan buku sedang menggeliat, banyak buku-buku hadir dan bisa menjadi panduan hidup bagi semua orang. Hadirnya buku-buku how to, novel religi, dan makin variatifnya pilihan judul buku membuat
pembaca bisa bebas memilih buku.

Ya, dalam kehidupan saat ini me'life style-kan buku bukanlah omong kosong bak impian di siang bolong. Lihat saja, awalnya minum kopi hanyalah cara agar tahan dari rasa kantuk, tapi coba sekarang minum kopi bukan lagi untuk mencegah kantuk tapi juga ajang kumpul-kumpul dan diskusi, akhirnya minum kopi malah menjadi gaya hidup baru para mahasiswa dan eksekutif muda.

Jadi, mengapa buku tidak! Setiap hari kita habiskan pulsa dan saban akhir pekan menyatroni J.Co, KFC, Hoka Hoka Bento, dan sebagainya. Mengapa kita menyatroni toko-toko buku saja, berburu buku menarik dan inspiratif. Hal inilah yang mesti ditumbuhkan pada masyarakat, kesadaran, bahwa ada kekayaan terpendam di dalam sebuah buku.

Buku adalah jendela dunia, dari sebuah buku kita bisa menemukan ide, gagasan, bahkan bergegas bertindak setelah membacanya. "Jika ada 6 anak saja di sekolah yang setiap minggu sekali mengunjungi toko buku maupun perpustakaan dan menebarkan virusnya kepada kawannya, bukan tidak mungkin satu kelas akan keranjingan membaca," kata Mardiyanto.

Sudaryanto, seorang aktifis Forum Lingkar Pena (FLP) Jogja juga yakin bahwa ke depan dunia kepenulisan dan budaya membaca akan semakin semarak. Jika semua orang ke mana-mana menenteng buku, pastilah buku telah menjadi gaya hidup seperti halnya di negara-negara maju.

Plus Bedah Buku
Dalam acara berdurasi 180 menit itu juga diadakan bedah buku dari penerbit Pustaka Marwa (Galangpress Group) buku berjudul "Tahajud Energi Sejuta Mukjizat" yang menghadirkan Muhammad Thobroni (penulis). Dalam buku setebal 155 hlm tersebut M. Thobroni lebih banyak mengungkapkan kisah menarik di seputar Tahajud, seperti tahajudnya seorang mahasiswa ketika akan menghadpi ujian, tahajudnya seorang
pengangguran dalam perjuangannya mendapatkan pekerjaan, tahajudnya seorang yang ingin mencari jodoh, dan sebagainya. "Jadi, buku saya ini lebih banyak berisi kisah yang menggugah daripada tatacara dan rakaat shalat tahajud", kata M. Thobroni.

Dalam acara tersebut antusiasme pendengar cukup banyak, terbukti banyak telepon dan sms yang masuk ke PRO 2. Ke depan menurut Erna dan Luluk kegiatan semacam bedah buku dan diskusi akan mendapat tempat di masyarakat. Langkah ini tentu saja untuk membiakkan makin menjamurnya minat masyarakat kita terhadap budaya gemar membaca. Dan kerja sama dengan Galangpress akan terus berlanjut. Salut deh ....dan kita tunggu (mrd)
Salam dahsyat, Galangpress Groups, www.galangpress.com, www.galangpress.wordpress.com

Sabtu, 13 September 2008

Gara-gara Pak Haji Thalib

Oleh Septina Ferniati
Gara-gara Pak Haji Thalib---Fenfen

Si sulung sedang senang-senangnya menghapal ayat-ayat Al-Qur'an. Heboh dan seru banget. Dia hapal beberapa surat yang lumayan panjang, dengan nada suara yang dilagu-laguin, entah lagu apa.

Selain sedang senang ke masjid dan jadi pembaca iqamat, dia juga rupanya punya cita-cita baru; penghapal ayat-ayat Qur'an. Wow, hebat! Untuk ukuran anak delapan tahun, cita-cita itu sungguh dahsyat.

Sayangnya, dia kadang-kadang masih marah, atau ketus, atau bahkan galak, yang bikin saya sebel dan merasa bahwa akhlak minusnya nggak sebanding dengan cita-cita hebatnya. Tapi semoga semua ini hanya proses, yang butuh waktu lama dan panjang, sampai suatu saat hatinya bisa selaras perbuatannya.

Biasa lah, saya kadang ingin dia instan baik, instan sadar, instan sabar, dan instan-instan lainnya, menggantikan galak, ketus, dan marahnya. Tapi seperti seorang temen bilang, "Masak nyuruh si Lalang sabar? Please deh, umurnya harus 25 taun dulu bo'!"

Sudah dua hari belakangan Ilalang suka banget baca surat At-Takatsur. Dia menghapalnya dengan instan. Saya bersyukur lha. Dia baca dengan nada aneh dan khas, seolah sedang melucu. Saya pikir dia baca surat itu sambil berusaha melucu, ingin bikin orang yang mendengarnya tertawa. Ternyata nggak. Dia bilang bacanya memang begitu, dan bukan untuk tujuan melucu. Ketika ditanya dari siapa dia belajar menghapal begitu cepat, dia bilang singkat, "Pak Thalib."

Pak Thalib sesepuh di Panorama, tersohor sebagai orang tua yang rajin ke masjid dan sering jadi imam salat. Dia juga jadi kenalan baik anak saya baru-baru ini, setelah anak saya rajin ke masjid. Dia menyebut anak saya sebagai calon remaja masjid. Kebayang kan akrabnya mereka berdua?

Saya tanya, "Emang Pak Thalib gitu ya baca Qur'annya? Nadanya aneh, naek turun, kayak orang mau tidur terus bangun lagi, tidur, bangun lagi." Anak saya semangat jawab, "Iya, emang gitu. Enak menurut Lalang mah, suka da' dengernya…" Matanya bersinar persis kayak kalau dia mendapatkan keinginannya.

Saya gak mau tanya-tanya lagi. Habis nadanya memang aneh, naik-turun, naik-turun, persis seperti orang yang sedang ngantuk lalu tersentak karena sesuatu hal dan terbangun karena kaget, begitulah pokoknya. Saya kurang sreg anak saya ikut-ikutan nada Pak Thalib itu.

Lalu saya tantang dia bikin nada lagu sendiri. Dia coba berkali-kali, tapi tetap nada Pak Thalib itu yang dominan, lagi dan lagi. Akhirnya dia capek dan bilang, "Udah ah nyari nadanya, Lalang mau kayak Pak Thalib aja baca Qur'annya. Lebih enakeun…"

Ya sudah. Berhari-hari saya dengar dia membaca ayat-ayat Qur'an dengan style baca Pak Thalib, sampai hampir bikin saya be-te. Sambil ngasuh adek, saat masak, atau santai, pokoknya hampir dalam setiap keadaan saya dengar dia baca Qur'an dengan nada naik-turun yang aneh. Apa boleh buat, itu pilihannya. Bahkan karena senang dengan nada Pak Thalib itu, akhirnya dia bisa hapal beberapa surat yang cukup panjang seperti At-Takatsur dan Al Ma'un hanya dalam waktu satu hari saja.

Saya mulai ngeh, anak saya pasti gampang hapal karena dia suka dan merasa klop dengan nada baca Qur'an yang dilagukan Pak Thalib. Dia jadi lebih giat baca dan menghapal ayat gara-gara itu.

Sekarang saya tantang dia untuk membaca arti suratnya. Dia melakukannya dengan sukarela dan tanpa syarat. Dan yang menakjubkan, saat semua orang hampir teler karena kecapean dan kenyang, dia sendirian baca Qur'an dengan artinya ditemani lampu baca 25 watt. Jelas takjub, dia kan agak penakut. Tapi berkat nada lagu baca Pak Thalib, Ilalang jadi jauh lebih berani.

Meskipun dia masih suka nyebelin, atau sengaja memicu pertengkaran dengan adek atau kami, perkembangan baru itu sungguh menyenangkan dan patut dibiarkan. Suami mengomentari, "Ayo Lang, setelah hebat ngapalin ayat, kamu juga brenti ngompol dong. Terus jangan suka marah lagi ya…

Ayo Nikmati Efek Dahsyat Membaca !!!

Ayo Nikmati Efek Dahsyat Membaca!!!

Setelah melakukan shalat dhuhur ke 9 di bulan Ramadhan 1429 H, Hernowo didapuk untuk menyampaikan materi ter”anyar”nya yaitu “Menulislah Agar Dirimu Mulia: Pesan dari Langit”. Buku ke 33 yang ditulisnya ini merupakan serangkaian buku tentang menulis lainnya yang sudah dituliskannya dalam usianya yang sudah memasuki kepala 4 ini.

Meskipun di Bulan Ramadhan, namun saya merasa menjadi salah satu orang yang paling beruntung untuk menyaksikan dan melihat semangatnya yang menggebu-gebu dalam menyampaikan materi yang ia tulis tersebut. Bahkan, sampai sekarang Hernowo Tak pernah berhenti dalam memberikan wawasan kepada setiap orang yang dijumpainya dalam setiap training atau ceramahnya. Ya, materi yang disampaikannya sebagian besar adalah tentang membaca dan menulis.

Dalam pemaparannya Hernowo mengungkapkan tentang pentingnya membaca. Kenapa Penting? Karena banyak orang yang menganggap bahwa kegiatan membaca itu dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan tidak luar biasa, dahsyatnya membaca ini menurutnya jarang disentuh -terutama untuk orang-orang yang awam. Padahal wahyu pertama yang turun dari Allah kepada Rasulullah Saw adalah surat Al-'Alaq, yaitu Iqra.... (Bacalah).

Kalo saja kita sering meluangkan waktu, banyak hal yang dapat dimanfaatkan dengan membaca. Karena banyak sekali buku yang dengan jenis fiksi dan non fiksi (novel, biografi, sains fiction, psikologi, filsafat dll), yang memberikan dan menawarkan sesuatu yang baru. Begitu juga bagi Mas Hernowo. Dalam bukunya ini, beliau banyak menuliskan buku-buku dan para penulis yang mempengaruhinya. Ada Quantum Learning, Laskar Pelangi dgn Andrea Hirata, Harry Potter dgn JK Rowling, Dr. Howard Garrdner dengan teori Multiple Intelliegences, Rhenald Kasali, R.T. Kiyosaki, Stephen R. Covey dll. Ia merasa seperti diajak mengembara ke tempat-tempat yang jauh, dan memiliki banyak sekali kehidupan.

Menurut Edward Coffey -yang saya kutip dari buku membacalah Agar dirimu Mulia-
Kegiatan membaca yang dpt diselenggarakan secara kontinyu dan konsisten dapat menciptakan lapisan penyangga yang melindungi dan mengganti-rugi perubahan otak. Oleh karenanya proses membaca itu dapat menggantikan sel-sel yang mati di dalam otak kita karena tidak pernah dipergunakan, untuk kemudian menjadi sel baru yang lebih hidup.

Ketika Mas Hernowo memberitahukan tentang minat baca di Indonesia yang masih nol persen, salah seorang Audience di Mesjid Bio Farma merasa getir. Ia yang pernah merasakan hidup di Negeri Sakura, terkagum-kagum melihat semangat membaca masyarakat Jepang. Karena setiap hari, setiap saat, setiap orang yang ditemuinya, benar-benar tidak dapat dilepaskan dari buku. Dari mulai anak-anak sampai dengan orang dewasa. Dari mulai mengantri untuk mendapatkan kereta, menunggu panggilan di tempat praktek dokter, sampai dengan menunggu tibanya kereta di tujuan. Setiap orang terlihat bersemangat dalam membaca.

Budaya baca di Indonesia makin tergerus oleh media-media elektronik yang terus menerus menggempur kita. Bahkan dengan terus berkembangnya arus informasi serta teknologi, maka kebanyakan kita belum siap untuk mengantisipasinya. Seperti teknologi televisi misalnya, para pemilik stasiun televisi berlomba-lomba untuk mendapatkan jatah kue iklan untuk masing-masing stasiun tv-nya. Bahkan seringkali, banyak program tayangan mereka yang tidak mendidik. Kita-lah (para orangtua, para pendidik dan yang lainnya) yang harus memiliki filter agar mengalihkan kenikmatan menonton dengan kenikmatan membaca. Karena membaca -menurut mas Hernowo - adalah sebuah keterampilan sebagaimana memasak atau juga menyetir mobil. Dengan membiasakan membaca setiap hari selama 10-15 menit, tentunya kemampuan membaca kita akan terus meningkat.

Akhirnya setiap diri kita dituntut untuk dapat merasakan efek dahsyat dari membaca ini. Dan di dalam buku Membacalah Agar Dirimu Mulia ini, Hernowo memberikan semua informasi yang kita butuhkan tentang membaca. Bahkan saya sendiri merasa sedang kembali di charge untuk mengembalikan kenikmatan-kenikmatan itu agar kembali bersarang di dalam jiwa saya, sehingga dipenuhi oleh gairah-gairah membara.

Rayakanlah Kegiatan Membaca Anda. Berbanggalah Bahwa Diri Anda. Telah Menjalankan Kegiatan Yang Mulia. Teruslah Membaca. Hernowo.

Salam, Agga

Jumat, 12 September 2008

Arah Demokrasi Harus Diubah

Sumber : Harian Kompas,Sabtu, 9 Agustus 2008 | 01:01 WIB
Jakarta, Kompas - Demokratisasi yang berlangsung selama sepuluh tahun terakhir ini harus diubah arahnya. Jika tidak, proses demokrasi yang memakan banyak biaya seperti saat ini semakin membebani rakyat.
”Kita menyaksikan betapa penyelenggaraan pilkada memakan banyak biaya. Seperti pilkada di Jawa Timur, berapa besar anggaran yang dikeluarkan oleh anggaran negara. Belum lagi dana yang disediakan oleh masyarakat dan peserta pilkada,” ujar Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali, Kamis (8/8).
Menurut dia, dana politik yang menghabiskan miliaran bahkan bisa mencapai triliunan rupiah itu akan sangat bermanfaat jika langsung dipergunakan untuk usaha yang langsung bisa memberikan kesejahteraan rakyat.
”Problem lain dari demokrasi yang sudah dijalankan adalah betapa bangsa Indonesia seperti kehilangan nilai budayanya. Seolah-olah tak ada lagi rasa saling menghormati, yang tersisa hanya mau menang sendiri,” ujarnya.
Yang lebih menyedihkan, menurut Suryadharma, hilangnya nilai ini sudah merambah di kalangan calon intelektual.
”Kalangan mahasiswa seperti tidak lagi memegang norma kesopanan, mereka memaki dan mencaci semaunya. Yang lebih buruk lagi sering kali proses demokrasi menghasilkan tindakan destruktif,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal PPP Irgan Chairul Mahfiz menilai, proses demokratisasi yang baru menekankan kelembagaan demokrasi ini memang harus disempurnakan. ”Masih banyak kelemahan, namun itu semua proses. Artinya, bangsa Indonesia, jika serius, pasti akan bisa membangun Indonesia dengan sistem demokrasi yang lebih baik,” ujarnya. (MAM)

Cara Mencapai Puncak Tujuan Membaca

TIMBANGAN BUKU
Sumber : Harian Kompas, Minggu 2007
Oleh ONI SURYAMAN
Membaca adalah symbol sebuah peradaban. Ia membedakan peradaban maju dengan primitive, antara Negara maju dan Negara berkembang. Melihat begitu pentingnya membaca, ia pun dijadikan salah satu indeks bagi pembangunan manusia, yang sering dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan sebuah Negara.

Membaca memiliki tiga fungsi. Pertama, memberikan informasi, misalnya dengan membaca Koran dan majalah. Yang kedua, memberikan hiburan, misalnya dengan membaca novel. Yang ketiga, yang paling penting tetapi sekaligus paling sulit, memberikan pengertian. Sebuah buku bisa saja memberikan pengertian sekaligus menghibur dan memberikan informasi.

Modernisasi telah menawarkan substitusi bagi kegiatan membaca, dengan lahirnya media audio-visual. Kehadiran audio-visual membuat informasi menjadi lebih “nyata” ketimbang membaca, tetapi di lain pihak mengurangi bahkan meniadakan daya cerna pemirsa. Sesuatu yang mutlak dibutuhkan dalam membaca untuk mencari pengertian.

Dalam keadaan seperti inilah buku ini hadir, mengingatkan kita akan pentingnya membaca untuk mencari pengertian dan mengajari kita bagaimana melakukannya. Membaca seperti inilah yang menjadi tonggak peradaban.

Pendidikan seumur hidup
Membaca mendapatkan pengertian adalah pendidikan seumur hidup secara intelektual. Sekolah semestinya mengajarkan hal ini secara berjenjang. Dengan demikian, setelah lulus dari sekolah lanjutan, seseorang sudah bisa menikmati dan memahami hamper semua bacaan, dan menjadi pembelajar seumur hidup.

Namun kenyataannya jauh panggang dari api. Banyak mahasiswa yang masih kesulitan membaca di level ini, bahkan sarjana pun masih banyak yang kedodoran. Akibatnya mereka berhenti belajar, begitu selesai dari sekolah

Manfaat sesungguhnya dari membaca pun disia-siakan, menjadi sekadar untuk membaca buku teks, Koran, bukan untuk membaca buku. Ini terbukti dari angka penjualan buku non-fiksi, khususnya sains, baik ilmu alam maupun ilmu social, yang masih rendah. Hal ini tidak berimbang dengan oplah surat kabar, majalah, dan buku fiksi yang jauh lebih tinggi. Inilah bukti bahwa orang baru bisa menikmati bacaan untuk informasi dan hiburan, belum untuk menemukan pengertian.

Tahapan Membaca
Buku ini menjelaskan cara meningkatkan kemampuan membaca secara berjenjang: membaca dasar, inspeksional, analitis, dan sintopikal (tematis), dan juga sejumlah tes sesuai jenjang itu. Tahapan-tahapan ini harus dijalani secara beruntun karena tidak mungkin untuk maju ke tahap berikut tanpa menguasai tahapan sebelumnya.

Tingkat yang pertama adalah membaca dasar, yang semua kita sudah kuasai, yaitu mengeja, membaca kata dan kalimat menerjemahkan symbol menjadi sebuah bunyi yang bermakna. Membaca tingkat ini semestinya dikuasai seseorang sesudah menamatkan sekolah dasar. Ini ditandai dengan kemampuan membaca yang lancer tanpa patah-patah, dan kemampuan membaca di dalam hati (silint reading).

Bagian berikutnya adalah membaca inspeksional. Sekilas membaca inspeksional dapat disamakan dengan membaca cepat. Namun, bukan itu yang dimaksud buku ini. Membaca inspeksional adalah membaca sekilas, atau selayang pandang, secara sistematis sambil mengajukan pertanyaan kepada teks yang kit abaca dan berusaha menjawabnya selagi kita membaca.

Ada dua manfaat yang bisa didapat dari membaca sekilas ini. Yang pertama, untuk menentukan apakah buku itu layak atau tidak untuk kit abaca secara lebih mendalam. Dalam contoh praktisnya adalah untuk menentukan apakah buku itu layak kita beli atau pinjam. Yang kedua adalah mendapatkan ide dasar dari buku tersebut, tanpa harus mendalami detailnya. Ini sangat membantu jika nantinya kita mau mendalami buku ini lebih lanjut, atau kalau kita sekadar ingin tahu garis besar buku tersebut.

Dalam level ini juga kita belajar bagaimana membuat catatan kaki, coretan-coretan, yang nantinya akan membantu kalau ingin membaca buku tersebut secara lebih mendalam. Beberapa tips menarik diberikan untuk membantu memilih bahan bacaan yang baik.

Orang sering terjebak pada level ini, yaitu membaca cepat, karena menganggap inilah level pencapaian tertinggi dalam membaca. Adler menunjukkan bahwa membaca buku seharusnya dengan kecepatan yang sesuai. Buku atau bagian bacaan yang seharusnya dibaca dengan cepat jika kit abaca dengan perlahan akan menghabiskan waktu dengan percuma.

Berikutnya adalah membaca analitis. Inilah membaca dalam arti sesungguhnya. Dalam tahap ini kita “mengunyah dan mencerna” bacaan, menjadikannya bagian dari diri kita. Keterampilan tahap ini seharusnya dimiliki para lulusan SMA dan atau S1. Ia bisa menyarikan, memaparkan kembali, maupun mengkritik sebuah bacaan.

Teknik membaca analitis menduduki porsi terbanyak di dalam buku ini karena pada tahapan inilah membaca menjadi aktivitas yang komprehensif, melibatkan semua upaya pikiran, dalam mendalamibacaan. Memang, membaca pada level ini akan melelahkan, tetapi hasil yang diperoleh sungguh sebanding dengan upaya yang dicurahkan.

Dan terkahir adalah membaca sintopikal, membaca beberapa buku dalam tema yang sama, membandingkan, menganalisis, menyintesis, mereka menjadi sebuah ide yang baru. Kemampuan ini semestinya dimiliki seorang sarjana karena menulis skripsi berdasarkan studi kepustakaan sangat memerlukan keterampilan membaca level ini.

Puncaknya, Adler mengajak pembaca untuk terus menerus meningkatkan kemampuan membaca mereka dengan merekomendasikan sejumlah judul buku yang “layak” dibaca, dan memaparkan manfaat membaca bagi pertumbuhan otak.

Pendidikan “liberal arts”
Sesungguhnya Adler menyusun buku ini di dalam kerangka pendidikan liberal arts yang tidak lagi menjadi warna utama dalam pendidikan, seperti pada beberapa abad lampau. Ini adalah pendidikan generalis, yaitu menguasai kecakapan intelektual dasar agar dapat memahami dan mendalamisenua bidang ilmu.

Pada abad pertengahan seorang sarjana atau baccalaureate menguasai tiga kemampuan liberal arts yang disebut trivium, yaitu gramatika, logika dan retorika, dan empat kemampuan berikutnya yang disebut quadrivium, yaitu aritmatika, musik, geometri, dan astronomi.

Pendidikan saat itu belum menjadi spesialis seperti sekarang. Spesialisai memberikan kemajuan cepat yang bisa kita nikmati, tetapi juga membuat kita kehilangan kemanusiaan, yang bisa dicapai dengan menjadi seorang generalis.

Adler adalah pembelajar mandiri. Ia menjalani pendidikan klasik secara otodidak, setelah drop-out dari sekolah menengah. Ia kuliah di Universitas Columbia sampai akhirnya dianugerahi gelar doctor filsafat, lalu mengajar filsafat di Universitas Chicago. Bersama dengan Robert M Hutchins mereka menjadi pilar liberal arts modern.

Mereka membuat proyek Great Books of Western Civilizations yang merangkum karya-karya litertur, sains, social sains dan filsafat yang paling berpengaruh dalam peradaban Barat, serta mengompilasinya sehingga bisa diakses oleh pembaca awam. Sesudah membacanya, seseorang diharapkan terlibat dalam Great Conversation, urun rembuk dalam perkembangan peradaban dunia.

Buku ini adalah gerbang studi mandiri seumur hidup bagi siapa pun yang ingin mendalami bidang apa saja: sastra, filsafat, sejarah, ilmu alam, ilmu social, matematika, dan lain-lain. Studi seperti ini bisa dijalani oleh siapa saja, yang berniat dan mau berusaha. Darisinilah diharapkan muncul kelas menengah terdidik, yang menjadi pilar dari sebuah Negara demokrasi yang kokoh.

Mungkin, itulah sebabnya Jaques Barzun, seorang budayawan, ilmuan dan pendidik besar Amerika menyebut buku ini “wajib dibaca bagi aiapa pun yang peduli masa depan budaya bangsanya”. Gus Dur menyebut buku ini “sebuah contoh terbaik karya kreatif… yang memampukan kita memahami masalah secara berimbang”. ONI SURYAMA, Cak Tarno Institut

Kamis, 07 Agustus 2008

Penulis Solzhenitsyn dimakamkan


Diperbaharui pada: 06 Agustus, 2008 - Published 12:41 GMT
Email kepada teman Versi cetak

Penulis Solzhenitsyn dimakamkan

Pemakaman dilakukan di biara Donskoi di Moskow
Jenazah penulis dan pembangkang Rusia, Alexander Solzhenitsyn dimakamkan pada upacara di biara Donskoi di Moskow.
Presiden Dmitry Medvedev menghadiri pemakaman bersama dengan keluarga dan kerabat penulis tersebut beserta ribuan pelayat di katedral biara di dekat pusat kota.

Tulisan-tulisan Solzhenitsyn mengungkap sistem penjata semasa Stalin dan membuat penulis itu diasingkan selama 20 tahun dari Uni Soviet.

Dia tutup usia pada hari Minggu akibat gagal jantung di tempat kediamannya di Moskow, pada usia 89 tahun.

Sebelum memasuki gereja untuk menghadiri misa pemakaman pada Rabu pagi, Yuri Luzhkov, walikota Moskow, mengatakan: "Dia adalah salah seorang tokoh terkuat kami, seseorang yang unik."


Dia adalah salah seorang tokoh terkuat kami, seseorang yang unik


Yuri Luzhkov
Walikota Moskow

Di dalam gereja, janda Solzhenitsyn, Natalya, putra-putranya dan keluarga besar Solzhenitsyn duduk di depan mimbar gejera yang dipadati oleh lebih dari 100 orang.

Penulis peraih Nobel itu ditempatkan di dalam peti jenazah yang terbuka dengan salib kayu di dadanya dan dikelilingi oleh ratusan lilin.

Setelah misa, para pendeta berjalan di belakang peti jenazah yang dibawa keluar dari katedral, sambil membacakan doa dan nyanyian kudus, sebelum tembakan penghormatan dibunyikan dan band militer memainkan lagu ketika peti jenazah diturunkan ke liang kubur.

Nyonya Solzhenitsyn dan putgra-putranya kemudian menaburkan tanah di atas peti jenazah.

Solzhenitsyn mendapat izin khusus dari Gereja Ortodoks untuk dimakamkan di biara Donskoi yang merupakan makam bagi sejumlah pujangga, filsuf dan sejarawan - banyak dari mereka adalah tokoh anti-Soviet - kata sejumlah laporan.

Pencatat kekejaman Soviet

Ribuan pelayat memberi penghormatan terakhir bagi sang penulis ketika jenazahnya disemayamkan di dalam gedung Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin datang untuk memberikan penghormatannya. Pada masa Soviet, Putin menjabat sebagai perwira di satuan polisi rahasia, KGB.

Pada komentar di televisi, Putin mengatakan: "Melalui tulisa dan seluruh hidupnya, dia memberi vaksin bagi masyarakat kita untuk menangkis kezaliman dalam segala bentuknya."

Penulis buku Gulag Archipelago dan One Day In The Life Of Ivan Denisovich, Alexander Solzhenitsyn kembali Rusia dari pengasingan pada tahun 1994.

Pengembangan Agribisnis

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Oleh Aminuddin Siregar

Agribisnis nampaknya tidak cuma sekedar isapan jempol, apabila ditemukan modus baru pengembangan agribisnis ini, dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Akan tetapi problem yang seringkali muncul kepermukaan, justru bukan masalah pengembangan, melainkan seberapa efektif manajemen agribisnis ini telah dilakukan. Sehingga persoalan yang menyangkut daya dukung ekonomi daerah yang berbasis kerakyatan menjadi prioritas..

Itu sebabnya, mengapa perlu dicari modus baru pengembangan agribisnis ini. Di mana agribisnis benar-benar dapat menjadi satu kekuatan bagi daerah dalam menjalankan roda pemerintahan dan mengurus rumah tangganya sendiri. Barulah kemudian makna otonomi daerah, yang berbasis kerakyatan dapat digiring ke arah terciptanya demokratisasi ekonomi. Meskipun demokrasi dianggap tidak selalu bisa memberantas kemiskinan.

Pusat krisis yang dibentuk pemerintah tempo hari itu, nampaknya bertujuan untuk membantu dan mendukung pelaku bisnis dan perdagangan dalam meningkatkan usaha mereka. Bukan saja di tingkat nasional dan regional melainkan juga pada tingkat global. Sebab menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan, yang ketika itu dijabat oleh Rini MS. Soewandi, usaha pengembangan itu difokuskan pada tiga bidang industri, yakni industri tekstil, produk tekstil, dan industri alas kaki, serta industri elektronik.

Dengan dibentuknya pusat krisis industri dan perdagangan ini, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja. Sekurangnya dapat mengurangi angka pengangguran yang cenderung meningkat dari hari-kehari. Harapan ini tidak saja untuk memperkuat kembali perekonomian regional tetapi juga dapat mendongkrak laju perekonomian daerah secara lokal, dengan berbasiskan ekonomi kerakyatan.
Sejalan dengan itu Manajemen Pengembangan Agribisnis Berwawasan Lingkungan sangat diperlukan oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Sebab pengembangan agribisnis juga akan dapat dijadikan sebagai kekuatan daya saing disektor perdagangan. Untuk mewujudkan hal Ini, tentu saja diperlukan kesepakatan bersama, konsensus, dan terlebih lagi sangat diperlukan ialah komitmen terhadap pengembangan agribisnis sebagaimana diharapkan.

Persoalannya, apakah pencarian modus baru pengembangan agribisnis ini bisa disepakati, apabila penegakan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan benar justru dianggap sebagai hambatan? Padahal semua warga masyarakat mesti mengetahui apa yang menjadi kebijakan pemerintah dan secara transparan aspirasi mereka yang disuarakan oleh wakil mereka sepenuhnya didasarkan pada kesesuaian dengan kebutuhan mereka.

Penulis Staf Pengajar pada Pusdiklat Depdagri Regional Bukittinggi. Penggagas Forum Diskusi Komunitas Klub Haus Buku

Senin, 04 Agustus 2008

Menyambut Kenduri Demokrasi 2009

Oleh Aminuddin Siregar

Kini demokrasi diyakini sebagai cara terbaik dalam melakukan berbagai persambungan sosial-politik. Baik dalam konteks persambungan pemerintah dengan masyarakat, maupun dalam konteks Negara-bangsa. Persmbungan-persambungan kultural, politik, dan persambungan-persambungan sosial kemasyarakatan lainnya.

Silaturrahmi politik, suka tidak suka, mau tidak mau dilihat sebagai kegiatan dari bentuk kepentingan semata dari apa yang menjadi hasil dari sebuah pesta demokrasi. Ketika pemerintah mulai mempertaruhkan segala potensinya untuk membangun kesejahteraan rakyat. Partai politik muncul berduyun-duyun.

Kenduri demokrasi 2009, memang harus disambut semeriah mungkin bukan saja karena pesta seperti itu harus terjadi, melainkan karena kenduri itu merupakan momentum mengatur kembali bagaimana strategi mengurus rakyat yang baik dan benar Termasuk mengatur kembali fungsi-fungsi pemerintahan mulai dari pemerintah desa hingga pemerintah pusat. Dalam kaitan ini mesti muncul kepedulian terhadap nasib rakyat, yang pasti membutuhkan komitmen dan integritas. Bukan saja oleh pemerintah melainkan juga oleh institusi politik yang ada.

Keduri demokrasi selalu mendapat perhatian banyak orang. Tidak saja oleh kalangan politisi, birokrasi, kaum profesional, tokoh masyarakat dan organisasi politik, serta kelompok kepentingan lainnya. Tetapi juga oleh hampir seluruh lapisan masyarakat politik. Perhatian itu wajar, terutama menjelang kenduri demokrasi yang tinggal beberapa bulan lagi.

Karena itu, harus berani jujur untuk menyelamatkan kenduri demokrasi terhadap munculnya distorsi terhadap jalannya proses politik. Terutama yang menyangkut pengadaan dan pendistribusian kelengkapan kenduri. Khususnya menyangkut proses penghitungan kertas suara. Itu sebabnya, kenduri demokrasi ini dilihat sebagai momen penting membangun kembali semua elemen masyarakat politik untuk berani jujur dan peduli terhadap sesama komunitas politik meski beda satu sama lain.

Penulis Staf Pengajar Pusdiklat Depdagri Regional Bukittinggi. Penggagas forum diskusi Komunitas Klub Haus Buku.
Monday August 4, 9:12 PM
Million-selling opening for vampire series finale
Harry Potter is still king, but the final book of Stephenie Meyer's "Twilight" series did manage a million-selling debut.

"Breaking Dawn," the fourth of Meyer's sensational teen vampire series, sold 1.3 million copies in the first 24 hours after its midnight, Aug. 2 release. Publisher Little, Brown Books for Young Readers announced Monday that it has gone back for 500,000 more copies, making the total print run 3.7 million.

The numbers for "Breaking Dawn" are comparable to the openings of a pair of famous memoirs: former President Clinton's "My Life" and Sen. Hillary Rodham Clinton's "Living History." But they don't approach the unveiling of "Harry Potter and the Deathly Hallows." The seventh and final volume of J.K. Rowling's fantasy series sold 8.3 million copies in its first 24 hours in the United States alone.

Sumber : Yahoo! Asia News

Sabtu, 05 Juli 2008



Ilalang di Spice Fest

---Anwar Holid


Ilalang dan teman-teman dari Jendela Ide-Sabuga tampil jadi pembuka acara Spice Fest di Gedung Sate, 5 Juli 08. Dia main jembe dengan kawan-kawan sebayanya---anak-anak berumur sekitar 6-8 tahun, diiringi kawan-kawan mereka yang lebih besar. Bintang jadi pengendali irama musik perkusi yang mereka mainkan dengan gemuruh, menyentak, dinamik, dan gembira, ditambah tarian gerakan lucu-lucu. Dia main di balik set drum. Alia dan Jilly---dua pemain jembe perempuan yang bergerak, melonjak, dan menabuh sambil tersenyum dan ekspresif---mungkin jadi pemain yang paling enak dilihat. Tubuh mereka lentur bergerak dengan kompak. Melihat anak-anak dan remaja main musik dengan semangat seperti itu rasanya meyakinkan aku bahwa ada kala mereka bisa menikmati hidup dengan gembira dan maksimal, belum bertemu kesukaran hidup.

Aku dan Ilalang datang kepagian di acara itu. Pagi amat cerah, matahari bersinar kuat, hangat, namun segera mudah bikin panas. Persis di lapangan depan Gedung Sate, ibu-ibu masih senam kesehatan, sambil diperingati oleh instruktur, "Konsentrasi, konsentrasi... jangan pedulikan sekitar ibu" karena di sekelilingnya suasana sudah gaduh oleh persiapan Spice Fest. Rombongan komunitas Hong latihan tari-tarian untuk mengiringi pemilik hajatan keliling lokasi. Sementara anak-anak Jendela Ide melakukan gladi resik malam sebelumnya, dalam sergapan angin malam yang dingin.

Kami baru ketemu dengan Riksa, Jilly dan ibunya. Rombongan Jendela Ide belum datang dari Sabuga. Aku duduk di kursi yang tersedia, menghadap panggung. Demi ingin menghadirkan kesan spice (bumbu, rempah-rempah), panitia sampai rela menaruh beberapa pohon pisang utuh, langsung dicabut dari tanah, lengkap dengan pisang dan jantung yang masih mentah. Aduh, sayang banget. Rasanya aneh melihat pisang berdiri di atas aspal, daunnya melambai-lambai diterpa angin yang sering bergerak kencang. Aku ketawa. Segitunya. Begitu juga jagung-jagung mentah, diambil utuh dengan batang dan daunnya, ditaruh di setiap stand jadi hiasan. Aku yakin jagung dan pisang itu belum bisa direbus agar bisa dimakan. Pisang itu mungkin masih bisa dikembalikan ke tanah, tapi jagung itu pasti dibuang sehabis acara.

Spice Fest rupanya hajatan paduan antara wisata kuliner, sayur-mayur, pertanian, kerajinan, tanaman obat, oleh-oleh Bandung, juga tekstil, perikanan, dan wisata situs bersejarah Bandung. Penyelenggaranya KUKMI (Kerukunan Usaha Kecil & Menengah Indonesia), yang kini ketuanya Tetty Kadi, mantan diva jaman baheula. Acara ini menarik, apalagi kalau mau belanja banyak. Segala ada. Termasuk musik---yang di acara ini dinamai "Spice Jazz."

Ini untuk kedua kali Ilalang manggung dengan anak-anak Jendela Ide. Yang pertama ialah di Modjembe Stomp the Ground, di Sabuga, 1-2 bulan lalu. Dia sudah beberapa bulan ikut main perkusi di sana, dan mungkin cukup menikmati suasananya. Dia bisa main jembe dengan nada yang menurutku enak didengar. Tampaknya dia semangat. Musik perkusi yang dimainkan Jendela Ide memang mudah mengingatkanku pada kelompok Stomp---yang dulu aku saksikan videonya. Tapi ada yang unik dari Jendela Ide, yaitu mereka memasukkan rampak kendang Sunda---yang tentu saja tak ada di sana.

Aku lama sekali nggak pernah menginjakkan kaki ke Gedung Sate lagi. Dulu, waktu zaman penataran P4, karena sma-ku di belakang Gedung Sate (SMA 20), kami mengawali penataran di Gedung Sate. Sampai masuk TVRI segala. :) Sekarang aku masuk ke sini untuk menemani anak main, bareng istri dan si bungsu Shanti. Awalnya aku kira pembukaan acara ini akan diresmikan oleh gubernur Jawa Barat baru Ahmad Heryawan dan wakilnya, Dede Yusuf. Ternyata dibuka oleh kepala Dinas Pariwisata Jabar, Lex Laksamana (?). Mungkin menarik lihat gubernur dan wakilnya yang baru. Kan baru menang pilkada. Tapi dengar-dengar dari obrolan orang sebelah, Dede Yusuf katanya lagi ke Kalimantan, ketemu dengan warga Jawa Barat di sana.

Aku nggak beli apa pun di acara ini. Rasanya aku masih kenyang sarapan sop Ubing. Dia kemarin bikin sop dan semur ayam dengan bumbu cabe yang sangat kental. Ilalang minta dibelikan senjata tradisional dari buluh bambu kecil, Shanti lari kian kemari dan mudah rewel. Tapi bisa anteng kalau main tanah. Jadi aku biarkan dia keliaran di lapangan dan taman Gedung Sate yang asri dan penuh bunga. Ialalang juga minta dibelikan tutut, keong sawah. Ini kali pertama dia makan tutut. Dia kerepotan mencerucup isi tutut dari cangkangnya, sampai bumbu dan kuah berceceran di kaos pentasnya. Akhirnya ditusuki pakai biting. Shanti mula-mula suka aku suapi tutut; tapi lama-lama dia menolak. Mungkin baru sadar agak jijik dengan daging tutut yang panjang kayak cacing. Ubing beli benang rajut dan jarumnya (dari kayu, yang ternyata segede telunjuk.) Dia pengen bikin sweater rajutan. Ini untuk kedua kali dia beli benang rajut. Yang pertama dia beli di Reading Lights. Dia beli dua bungkus stroberi, buah favorit Shanti. Mereka makan buah itu lahap, sementara aku menghabiskan tutut. Ubing juga beli jamur crispy yang enak dari sini, ditambah risoles jagung, yang menurutku rasanya mirip ragout. Kami makan tutut ditemani Imelda Astri Rosalin trio main jazz di panggung. Mereka bawakan Solar (Miles Davis) dan lagu jazz yang panjang-panjang. Aku ketawa. Aneh rasanya menyantap makanan yang amat tradisional, bahkan mungkin primitif, ditemani lagu dari peradaban yang amat jauh bernama Amerika.

Siang itu kami menghabiskan waktu di Spice Fest, Gedung Sate yang cerah dalam suasana gembira. Pulang-pulang kami kecapean, habis mampir dulu di sana-sini. Syukur untuk hari yang menyenangkan.[]2:25 06/07/08

Anwar Holid, aka Wartax

ngeblog @ http://halamanganjil.blogspot.com/
Foto oleh Wartax; bukan diambil di taman Gedung Sate, tapi di Kebun Raya Bogor, 28/06/08.

Jumat, 04 Juli 2008

Muhammad


Muhammad betul-betul unik. Didasarkan pada sumber-sumber berbahasa Arab dari abad ke-8 dan ke-9, buku ini mendekati dan mereportase kata-kata dari orang-orang lelaki maupun perempuan yang mendengar langsung Nabi Muhammad berbicara dan menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa dalam hidupnya.

Martin Lings mampu menghadirkan kesederhanaan maupun keagungan cerita. Karena itu, Muhammad dapat dibaca dengan sama nikmatnya baik oleh mereka yang sudah akrab dengan biografi Nabi maupun para "pendatang baru" yang membacanya untuk pertama kali.

Buku ini terpilih sebagai biografi Nabi terbaik dalam bahasa Inggris pada konferensi Sirah Nasional di Islamabad tahun 1983. Sejak itu karya ini telah dipublikasikan dalam bahasa Prancis, Italia, Spanyol, Turki, Belanda, Tamil, Arab, Jerman, Urdu, dan sekarang, Indonesia. Pada 1990, setelah buku ini berhasil mencuri perhatian Universitas al-Azhar Kairo, penulisnya menerima bintang kehormatan dari Presiden Hosni Mubarak.

Secret of The Secrets


Seperti apakah rahasia yang ada di balik rahasia? Mungkinkah manusia menyingkap rahasia dan yang di balik rahasia? Bagi para hamba Allah sejati, tutur Syekh Abdul Qadir, tak ada lagi rahasia karena semua tabir telah terangkat. Mereka telah mencapai maqam penyaksian (musyahadah).

Sirr al-Asrar—judul asli buku ini—hadir untuk menuntun kita menapaki jalan-jalan yang sunyi menuju rahasia dan yang di balik rahasia.
Syekh Abdul Qadir membawa kita menelusuri jejak-jejak Tuhan yang terhampar di alam semesta dan di dalam diri kita; mengarahkan kita menuju kedalaman hakikat dan menyatu dengan Sang Hakikat.
Ajaran-ajaran dasar Islam—salat, puasa, zakat, dan haji—dikupas kedalaman maknanya dan keeratan hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari.

Disertai panduan salat-salat sunat dan zikir-zikir penyejuk kalbu, buku ini akan memandu kita meraih hakikat kelembutan, mencapai keikhlasan, dan menghampiri Sang Kekasih Yang Mahasuci. Prinsip-prinsip spiritualitas Islam diulas secara lugas. Meski banyak ulama yang menulis karya-karya sufistik, Syekh Abdul Qadir al-Jailani memaparkan jalan ruhani ini secara lebih gamblang dan dapat dicerna oleh khalayak luas.

Karena itu pula buku ini dipandang sebagai jembatan antara dua karyanya yang terkenal, Ghunyat al-Thalibin (Bekal Para Pencari), yang merupakan panduan menjadi muslim yang saleh, dan Futuh al-Ghayb (Penyingkapan Kegaiban), ceramah-ceramahnya mengenai tema-tema spiritual. Tanpa melalui Sirr al-Asrar, orang takkan mampu memahami Futuh al-Ghayb. Sirr al-Asrar merupakan gerbang menuju kota ilmu tersebut.

Kamis, 19 Juni 2008

Pemilu 2009 Peluang Besar Kaum Muda Jadi Presiden

Getty Images Barack Obama
Kaum Muda Harus Bangkit dan Profesional/KompasTV
Artikel Terkait:
* Kaum Muda Dominasi Calon DPR PDI-P
* Kaukus Muda Golkar: Cukup Sudah JK Memimpin
* Dede Yusuf: Kemenangan Kaum Muda
* Pemimpin Muda Perlu Didorong
* Menpora: Kaum Muda Jangan Lupakan Sejarah

Kamis, 19 Juni 2008 | 20:38 WIB
JAKARTA, KAMIS - Barack Obama, tokoh muda yang maju jadi calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS), terbukti telah menyemangati kaum muda di Indonesia. Pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) tahun 2009, diyakini akan ada kejutan.
Walau sekarang belum disebut-sebut namanya, akan ada kaum muda yang maju mencalonkan diri dan peluang untuk terpilih begitu besar. Kaum muda yang layak jadi pemimpin bangsa itu, tak sekadar muda usia (bawah lima puluh tahun), melainkan harus memenuhi beberapa persyaratan.
Prediksi yang lebih merupakan harapan itu terungkap dalam diskusi politik yang mengusung tema "PKS dan Kepemimpinan Kaum Muda" pada peluncuran majalah Biografi Politik edisi khusus Satu Abad Kebangkitan Nasional, Kamis (19/6) di Jakarta. Acara tersebut menampilkan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora) Adhyaksa Dault, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, tokoh muda PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko, Pemimpin Redaksi Biografi Politik Yudi Latif, dan Pengamat Politik Khudori.
Adhyaksa Dault, yang menjadi Tokoh Muda Terpopuler hasil survei Reform Institute mengatakan, jika di berbagai kota/kabupaten dan provinsi di Indonesia kaum muda dipercaya masyarakat jadi wali kota/wakil wali kota, bupati/wakil bupati, serta gubernur/wakil gubernur, maka pada Pilpres 2009, kaum muda harus berani maju. Peluang terpilihnya pun cukup besar.
"Kaum muda harus berani melakukan perubahan. Berani berbuat, menyongsong Indonesia yang lebih baik. Jangan mau dan membiarkan reformasi ekonomi, reformasi hukum, dan reformasi sosial-budaya menjadi slogan-slogan yang membusuk. Jangan mau hukum menjadi alat kejahatan yang terorganisir dan sistematis. Jangan mau birokrasi jadi penyandera, beban bagi kemajuan, " kata Adhyaksa.
Menurut Menegpora, kondisi Indonesia yang lebih baik itu ditandai antara lain dengan hadirnya lembaga-lembaga hukum tidak kehilangan kredibilitas, lembaga-lembaga negara tidak kehilangan kepercayaan. "Dinamika dan dialog tentang persoalan bangsa harus dibangun, sebagaimana dulu dilakukan Natsir, Soekarno, Hatta, Sudjatmoko. Namun, yang terpenting NKRI adalah harga mati bagi kita," tegasnya.
Tifatul Sembiring mengatakan, pemimpin masa depan yang diharapkan tidak hanya sekadar muda usia, melainkan juga harus segar pemikirannya dan mendalami betul persoalan bangsa. Saat ini masalah utama yang dihadapi bangsa kita ialah kemiskinan, kebodohan, orang sakit tak bisa berobat, dan pesimisme.
"Persoalan bangsa tidak bisa diatasi dengan mengiklankan diri kita. Persoalan bangsa tidak bisa diatasi dengan tebar pesona, tak bisa diatasi dengan nyanyi-nyanyian. Juga tak bisa diatasi, misalnya, dengan main film," paparnya.
Menurut Presiden PKS ini, kaum muda yang layak jadi pemimpin bangsa itu harus mempunyai kredibilitas moral, visioner, spirit, dan kemampuan berkomunikasi. "Asal mememuhi persyaratan itu, siapa pun yang maju, walau bukan dari kaum muda PKS, kita akan dukung. Akan tetapi, antara persoalan bangsa dan pemimpin dari kaum muda yang dipilih itu harus nyambung. Ibarat ujian, jawabannya A, harus benar-benar ada kaitan, " tandasnya.
Budiman Sudjatmiko, yang sempat mengomentari figur calon presiden AS, Barack Obama, mengatakan, untuk bisa menjadi pemimpin bangsa ke depan, siapa pun harus mampu membangun dan merawat institusional building. Sebab, katanya, persoalan bangsa Indonesia saat ini adalah telah terjadinya kebangkrutan bangsa.
"Ini akibat kita terlalu percaya dengan pemimpin yang kaya, sementara kekayaan itu hasil dari pencurian. Dan lebih tragis lagi, ia itu pencuri kawakan. Kaum muda harus menghindari hal ini," ujarnya.
Sementara Khudori dalam paparannya mengatakan, kalau melihat sosok kaum muda, bayangan orang pasti PKS. "Kaum muda ke depan harus mengambil peran sesuai proporsinya. PKS adalah partai fenomenal, yang banyak diteliti," ujarnya. (NAL)

Sumber : KOMPAS

Sabtu, 10 Mei 2008

Dengan Membaca Hidup Lebih Bermakna

Resensi Buku
Judul Buku : Spritual Reading : Hidup Lebih Bermakna dengan Membaca
Penulis : Dr. Raghib As-Sirjani & Amir Al-Madari
Alih Bahasa : H. Sarwedi MH Hasibuan, Lc
Penerbit : Aqwam
Tahun Terbit : 2007
Tebal : xii + 210

DENGAN MEMBACA HIDUP LEBIH BERMAKNA
Oleh Aminuddin Siregar

Salah satu yang tetap merupakan bagian terbsar dari banyak yang di hadapi oleh bangsa Indonesia ialah persoalan minat baca yang relative bermasalah. Sejumlah pakar pendidikan, sebenarnya telah mencoba berulang kali membahas hal ini. Namun persoalan ini tetap merupakan masalah actual dibicarakan. Dengan kata lain, menumbuhkan minat baca adalah pekerjaan rumah tiada akhir. Karena itu menjadi tanggungjawab semua pihak, walaupun gerakan pemberantasan buta aksara dianggap selesai.
Banyak orang mengira bahwa membaca bukan kebutuhan, melainkan sekedar hobi dan keisengan semata. Padahal menurut para pengamat dan pakar pendidikan, membaca justru membuat hidup kita lebih bermakna, mebuat pikiran tercerahkan dan membuat kita menjadi banyak tahu. Oleh karena itu pihak pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional tidak henti-hentinya mencanangkan gerakan meningkatkan minat baca. Baik pada tingkatan usia pra sekolah maupun usia lanjut.
Terbukti bahwa program nasional pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat gencar disosialisaikan dan mendapat respon langsung dari kalangan masyarakat luas. Program PAUD ini dalam kurikulamnya ternyata salah satunya memuat pengenalan membaca, meski diramu dengan kegiatan bermain yang ditonjolkan. Seperti kita ketahui bahwa pepatah lama yang mengatakan “malu bertanya sesat di jalan”.
Dalam kaitan ini anak-anak dituntun untuk membaca setiap tanda dan rambu-rambu yang tersedia agar tidak tersesat menelusuri lingkungan tempat di mana anak-anak tersebut diajak belajar sambil bermain. Ini juga dimaksudkan agar anak-ank terbiasa membaca dan mengetahui lebih banyak kosa kata di masa awal memasuki prasekolah. Termasuk juga agar mereka mengetahui jalan yang hendak dituju.
Sekarang ini muncul istilah baru yang mengatakan bahwa “malu membaca sesat di jalan”. Ini benar, ketika malu membaca nama jalan, nama kota, pelakat, dan rambu-rambu lainnya yang terdapat di hampir setiap sudut kota dan daerah. Maka kita akan tetap merasa asing dan menjadi tidak akrab seperti yang dilantunkan oleh Ariel “Peterpan” yang menggambar sebuah kota mati ketika ia tidak bisa melihat tanda-tanda kehidupan.
Menentukan Bacaan
Menurut penulis buku ini, membaca bisa dijadkan sebgai konsep hidup. Agar kita menjadikan kegiatan membaca sebagai konsep hidup, kita harus megetahui terlebih dahulu cara menumbuhkan minat baca. Cara ini harus didahului dengan menentukan bacaan..Ini bisa dilakukan secara bersama dan akan muncul bermacam-macam dan beragam bentuknya. Berbeda antara sesorang dengan orang lainnya.
Tetapi ada hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam hal cara menentukan bacaan dalam konteks menumbuhkan minat baca, yang oleh Dr. Raghib As-Sirjani & Amir Al-Madari dirinci sebanyak 10 cara menentukan bacaan, yaitu Pertama, Tujuan membaca, dimaksudkan agar setiap kita membaca bermanfaat buat diri sendiri dan orang. Misalnya berguna bagi ibu, bapak dan anak-anak kita. Bisa juga untuk teman dan sahabat kita. Banyak lagi tujuan yang bias kita tetapkan sendiri.
Kedua. Menyusun perencanan dalam membaca, cara ini juga penting, untuk melihat fasilitas yang ada, sehingga kita bias menyesuaikan dengan kebuthan, misalnya kita akan membaca 1 buku dalam dalam waktu 2 bulan. Ketiga Mengatur waktu, berkaitan dengan perencanaan yang kita tetapkan, untuk menentukan jadwal waktu secara terencana. Meskipun bias juga kita menggunakan waktu ketika menunggu antrian di Bank di Apotik, atau tempat-tempat lain yang mengharuskan kita memang antri.
Keempat. Mulailah setahap demi setahap; cara ini dimaksudkan agar kita lekas bosan atau berhenti dari membaca. Sementara kita belum sampai pada inti sebenarnya dari pesan yang disampaikan penulisnya. Dengan memulanya melalui tahapan-tahapan ini akan membuat kita lebih bersmangat dan lebih antusias dalam memenuhi keingintahuan kita tentang yang menjadi tujuan kita tadi. Kelima Totalitas dalam membaca, maksudnya kegiatan membaca bukan sekedar hobi, melainkan pekerjaan yang sangat terpuji, karena membutuhkan pemikiran, waktu, uang dan kesungguhan, termasuk pengorbanan meluangkan wakttu untuk menuliskannya agar tidak mudah terlupakan.
Keenam. Teratur dalam mengikat makna; menjaga keteraturan dalam membaca merupakan cara menambil ilmu dengan system pencatatan yang tertata rapi. Kerapian juga akan mrndorong nalusi kita untuk terus membaca dan menggali ilmu dari apa yang kit abaca. Ketujuh Buatlah perpustakaan di rumah; bahwa perpustakaan di rumah sangat penting, agar setiap anggota keluarga kita juga ikut menikmati bacaan apa saja yang baik-baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan meningkatkan kualitas hidunya dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga dimaksudkan untuk menghindari rasa bosan.
Kedelapan Sampaikan apa yang And abaca; cara ini juga menjadi penting selain melatih kita untuk mengasah yang sudah kit abaca, juga memberi manfaat bagi teman, sahabat dan kepada siapa saja kita menyampaikan yang kit abaca. Ini sama dengan ungkapan, “sampaikanlah walau satu ayat”. Dalam kaitan inilah kita perlu membentuk kelompok membaca di antara teman-teman kita. Kesembilan Bantu sahabat dan teman Anda dalam membaca; membantu teman atau sahabat merupakan cara yang sangat berguna karena bisa mengadakan perteuan sekali seminggu misalnya. Atau disesuaikan dengan kebutuhan kelompok. Di mana satu sama lain bisa bertukar informasi baru tentang yang topic masing-masing anggota kelompok..
Kesepuluh Carilah ilmu dari para Ulama, Ahli, Pakar dan para Guru, di mana cara ini kita bisa menggunakan metode bimingan, bila buku yang kit abaca menyangkut tema-tema yang berat, seperti filsafat sejarah atau yang sesuai denan pengetahuan yang diminati atau bidang studi yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.
Diperlukan Prioritas
Apabila kita telah mengetahui bagaimana cara menumbuhkan minat baca dengan jelas dan secara meyakinkan, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menumbuhkan minat baca kita. Kemudian kita akan lekas tertarik membaca apa saja, meskipun barngkali hal tersebut tidak terkait langsung dengan bidang studi yang kita peroleh di bangku kuliah.
Menumbuhkan minat baca tetap perlu digerakkan, seperti halnya yang dicanangkan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, akan pentingnya gerakan baca surat kabar. Baik membaca surat kabar, majalah, jurnal dan lain sebagainya,maupun membaca buku tetap perlu ditingkatkan. Sebab dengan membaca kita akan mengetahui lebih banyak tentang segala yang berkaitan dengan kebutuhan mikro untuk mengubah pola pikir dan pandangan kita terhadap perkembanga yang begitu cepat..
Salah satu contoh adalah perkembangan media elektonik dan digital yang semakin mencemaskan para penerbit. Sehingga penerbitan dan percetakan mesti berkolaborasi untuk masuk dalam pergaulan bisnis global melalui internet. Pernah suatu saat para penerbit buku dan surat kabar, termasuk majalah khawatir akan keberadaan media global yang disebut dengan E-book, di mana setiap orang bisa baca buku dengan santai dilayar computer tanpa bersusah payah cari buku, tinggal klik akan muncul buku yang kita minta.
Gerakan menumbuhkan minat baca menurut Dr. Raghib As-Sirjani & Amir Al-Madari diperlukan prioritas terhadap bacaan yang haus menjadi pedoman dan menjadikan hidup kita menjadi bermakna dan ini sjalan wahyu pertama yang diturunkan Allah Subhanahuwata’ala, untuk pertamakalinya disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah, yakni kalimat “Bacalah”. Jadi prioritas pertama adalah membaca Al-Qur’an.
Prioritas kedua adalah membaca Al-Hadits dan yang ketiga membaca ilmu-ilmu agama. Sementara untuk prioritas keempat, bubu-buku yang sesuai dengan spesialisasi ilmiah tertentu. Kelima, buku tentang analisis sjarah. Keenam , buku tentang politik. Ketujuh buku tentang pendapat orang lain. Kedelapan, buku tentang Sybhat seputar Islam. Kesembilan, Buku tentang pendidikan anak. Kesepuluh, buku tentang hiburan. Kalau semua prioritas ini dapat kita lakukan maka hidup akan menjadi lebih bermakna
.

Jumat, 09 Mei 2008

Mencari tempat ibadah aman?

Email kepada teman
Versi cetak
Mencari tempat ibadah aman?

Jawa Barat
Beberapa pusat pertokoan di Jawa Barat menjadi rumah ibadah Kristen
Pusat pertokoan yang kosong biasanya tidak menyenangkan atau bahkan mengerikan, seperti pada suatu Minggu pagi.

Namun pagi itu --ketika semua toko masih tutup-- banyak orang yang datang dan suara sepatu mereka bergema di lorong pertokoan yang kosong.
Masih belum jam 8 pagi dan toko-toko masih tutup, jadi tentu mereka datang bukan untuk berbelanja.
Mereka datang ke pertokotan itu untuk berdoa.
Banyak pusat pertokoan di Propinsi Jawa Barat yang kini menjadi tempat beribadah umat Kristen. Di salah satu pusat pertokoan malah ada yang menjadi rumah ibadah dari 10 persekutuan.
Hanya sebagian kecil yang bersedia menjelaskan kenapa mereka sampai beribadah di pusat pertokoan, dan --tanpa bersedia disebutkan namanya-- mereka mengatakan karena kekuatiran intimidasi kelompok Islam.
Laporan dari pihak gereja menyebutkan 100 lebih gereja diserang atau mendapat intimidasi dalam waktu 2 tahun belakangan.
Agama atau peraturan
Salah satu kelompok yang dituduh berada di belakang sejumlah insiden adalah Front Pembela Islam, FPI, sebuah kelompok yang menjadi berita besar ketika mengusir majalah Playboy edisi Indonesia keluar dari ibukota Jakarta.

Mereka menjadi marah dan frustasi sehingga ledakan kecil bisa terjadi
Saipul Abdullah

Para pemimpin umat Kristen menuduh anggota FPI yang membuat sejumlah gereja tutup karena aksi kekerasan maupun intimidasi.
Saipul Abdullah, salah satu pimpinan FPI Jawa Barat, mengatakan kepada BBC bahwa ada kemungkinan anggotanya bertindak emosional.
"Mereka menjadi marah dan frustasi sehingga ledakan kecil bisa terjadi," tuturnya.
"Mungkin mereka melepas papan nama, merusak pintu atau mengunci pintu namun mereka sebenarnya tidak punya hak untuk hal itu."
Namun Saipul Abdullah menegaskan masalahnya bukanlah agama tapi karena sejumlah gereja tidak mengikuti peraturan.
Hanya 20% gereja-gereja di Jawa Barat yang mempunyai ijin resmi untuk melaksanakan ibadah.
Dan Saipul Abdullah mengatakan dia meminta surat tentang keberadaan hukum kepada gereja-gereja yang tidak punya ijin resmi.
Jika tidak ada tanggapan, tambahnya, mereka mengirimkan surat peringatakan dan kemudian meneruskan masalahnya kepada polisi.
Tidak mudah
Agar bisa mendapat ijin resmi, maka sebuah gereja harus mencari 90 tanda-tangan dari umat Islam yang tinggal di sekitar gereja tersebut.
Namun di sejumlah kawasan jelas tidak mudah untuk mendapatkan ijin.

Gereja
Sejumlah umat Kristen kuatir untuk beribadah di tempat terbuk

Salah satu diantaranya adalah Gereja Pasundan, yang sudah berdiri di kawasan pinggiran Bandung selama 60 tahun lebih.
Namun pendetanya, Olbertina Modesta, mengatakan setiap kali mereka berupaya untuk mendapatkan tanda-tangan yang dibutuhkan maka tak ada umat Islam yang bersedia.
Propinsi Jawa Barat memang mempunyai sejarah panjang dari aliran Islam yang keras.
Selema beberapa dekade, propinsi ini menjadi daerah kekuatan Darul Islam, dan di beberapa tempat masih ada ulama-ulama yang menyampaikan pandangan keras.
Tidak ada pilihan

Bulan November tahun lalu, Gereja Pasundan diserang oleh sekelompok umat Islam setempat.
Mereka membalikkan kursi gereja dan melempari buku doa maupun merusak salib di dinding gereja.

Itulah sebabnya saya yakin ini bukan soal ijin tapi karena menjadi Kristen
Pendeta Olbertina Modesta

Dan pendeta Olbertina Modesta yakin bahwa masalah sebenarnya bukanlah sekedar ijin saja.
"Kadang saya mendengar di masjid ada yang mengatakan kami kafir dan kami tidak boleh tinggal di sini," katanya.
"Itulah sebabnya saya yakin ini bukan soal ijin tapi karena menjadi Kristen."
Polisi mengatakan sejauh ini belum ada yang ditangkap sehubungan dengan serangan itu dan pendeta Olbertina kini memimpin ibadah di sebuah rumah sakit setempat.
Pusat pertokoan dan rumah sakit jelas tidak punya ijin sebagai rumah ibadah, namun paling tidak cukup aman, dan untuk sementara waktu.
Dan sampai jemaat --seperti yang dipimpin Olbertina-- bisa mendapatkan gereja yang permanen, maka mereka akan berada di pusat pertokoan atau rumah sakit.


n

2500 Orang Hadiri Kuliah Umum Bill Gates

Jumat, 9 Mei 2008 | 09:02 WIB

JAKARTA, JUMAT – Pendiri Microsoft yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, Bill Gates, dijadwalkan memberikan kuliah umum betema Presidential Lecture Featuring Bill Gates di Plenary Hall Jakarta Convention Center sekitar pukul 08.30 WIB. Acara yang digelar Kadin Indonesia ini dihadiri sekitar 2500 peserta, terdiri dari para CEO berbagai jensi industri, anggora DPR, pejabat pemerintah, perwakilan asosiasi bisnis, LSM, para rektor, dan mahasiswa dari 45 perguruan tinggi, mitra pelanggan Microsoft, dan media.

Acara tersebut merupakan rangkaian kunjungan Bill Gates di Indonesia selama dua hari, 8-9 Mei 2008. Bill Gates datang ke lokasi acara sekitar pukul 08.15 WIB dan sedang melakukan pembicaraan empat mata dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bersama Bill Gates di atas panggung. Bill Gates mengenakan pakaian batik bercorak warna coklat tua celana hitam.

Rombongan Presiden dan Bill Gates masuk ke ruangan pukul 08.33 WIB. Turut dalam rombongan antara lain Menkokesra Aburizal Bakrie dan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu.

Sebelumnya dikabarkana bahwa Bill Gates akan mengangkat materi pembicaraan dalam kesempatan kali ini mengenai perkembangan ekonomi kreatif yang disebutnyanya creative capitalism. Indonesia saat ini tengah giat mengembangkan industri kreatif yang diperkirakan nilianya mencapai Rp80 triliun setahun.

Setelah memberikan kuliah umum, Bill Gates juga dijadwalkan menjadi pembicara kembali bersama Presiden Yudhoyono dan Craig Mundie, Chief Research and Startegy Microsoft Corporation dalam acara Government Leaders Forum (GLF) di Shangri La Jakarta pukul 13.45-15.15 WIB. Acara rutin tahunan yang digelar Microsoft tersebut dihadiri delegasi 2500 delegasi dari 25 negara Asia.

Bill Gates datang ke Indonesia, Kamis (8/5) pagi dan telah melakukan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka sore harinya.

Kedatangan Bill Gates juga dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk mempromosikan pariwisata Indonesia ke mancanegara. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Watjik menyematkan pin Visit Indonesia Year 2008 kepada Bill Gates dalam jamuan makan malam yang disaksikan Wakil Presiden Jusuf Kalla.


WAH
Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network

North Carolina perkuat Obama

North Carolina perkuat Obama
Barack Obama, Hillary Clinton
Obama memetik kemenangan penting di North Carolina
Bakal calon presiden dari Partai Demokrat Barack Obama menang di North Carolina, sementara Hillary Clinton memetik kemenangan tipis di Indiana.

Senator Obama merebut 56% suara di North Carolina, sedangkan Senator Clinton menggalang 51% suara di Indiana.

Suara dari kedua negara bagian merupakan hasil primary penting terakhir di kubu Partai Demokrat untuk menetapkan calon presiden dari partai tersebut.

Kedua bakal calon sama-sama tidak berhasil meraih kemenangan telak, tapi para analis mengatakan keunggulan Obama tampaknya semakin sulit dilawan.

Obama memimpin dalam peroleh utusan yang akan memilih calon presiden dengan 1.840, sedangkan Hillary Clinton dengan 1.684 delegasi, lapor kantor berita Associated Press.

Dalam rapat umum di Raleigh, North Carolina, Obama mengatakan: "Malam ini kita hanya kurang 200 delegasi saja dari nominasi presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat.

Sedangkan, kemenangan di Indiana dipandang sangat penting bagi Clinton untuk tetap bertahan dalam persaingan untuk berhadapa dengan calon presiden
dari Parati Republik John McCain.

Dalam rapat umum di ibukota Indiana, Indianapolis, Hillary Clinton mengatakan kepada massa pendukungnya, kampanyenya bergerak dengan "kecepatan penuh ke Gedung Putih".

Meski kata-katanya bernada tidak gentar, Clinton tampaknya telah kehilangan sebagian semangat juangnya yang khas, kata wartawan BBC di Washington Jonathan Beale.

Rabu, 07 Mei 2008

KOMITMEN PARPOL DAN CALEG PEREMPUAN

Oleh Aminuddin Siregar

Dessy Ratnasari, tampil sebagai caleg Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Menurut berita yang beredar Ia dicalonkan dari Sukabumi untuk pemilu 2004. Hak politik kaum perempuan tidak saja mesti diakomodir tetapi juga patut diberi ruang gerak dan tempat bagi siapapun saja perempuan yang punya minat dan naluri politik untuk kimprah di pentas perpolitikan kita. Sepanjang memenuhi persyaratan yang disepakati. Baik nasional, maupun lokal. Karena itu kehadiran Dessy Ratnasari sebagai caleg, mesti menjadi bagian dari idealisme politik.
Para analis gender, seperti Ratna Megawangi berpendapat bahwa perempuan perlu masuk ke dalam dunia laki-laki agar kedudukan dan statusnya setara dengan laki-laki. Inilah antara lain yang sering dijadikan sebagai pijakan meluasnya tuntutan terhadap emansipasi. Kemudian, muncullah sejumlah pendekatan dalam upaya mendiskusikan posisi perempuan dalam masyarakat. Nampaknya, perempuan sebagai figur pengasuh tidak diterima begitu saja, hingga melahirkan pemikiran perlunya kajian terhadap persamaan gender.
Persoalan feminisme dengan demikian menajdi perdebatan panjang yang sulit untuk dituntaskan. Lantaran terjadi dualisme pendapat tentang citra kaum perempuan. Di satu sisi menyatakan bahwa kaum perempuan berada pada posisi yang tertidas. Sementara di sisi lainnya mengemukakan bahwa kaum perempuan, mempunyai kedudukan yang tiada tara, baik dalam agama maupun kultural.
Anggapan yang menyatakan bahwa mereka berada dalam posisi yang tertindas, lantaran peran mereka umumnya diihat dalam konteks peran konvensionalnya menjalankan pekerjaan-pekerjaan disektor domestik belaka. Dalam tataran ideologis dan kultural, mereka dianggap mampu mensejajarrkan kedudukan mereka pada posisi yang didominasi kaum laki-laki.
Itu pula barangkali sebabnya, yang menyemangati munculnya gerakan emansipasi dan meluasnya gerakan persamaan gender. Hal ini terlihat bahwa kaum perempuan telah lebih maju lagi lantaran mereka juga nampak perfek mengejakan kegiatan tipikal laki-laki. Sehingga amatlah wajar kalu masa menjelang pemilu ini kembali mengemuka keterwakilan perempuan, apalagi secara legal formal telah dinyatakan keterlibatan mereka dalam dunia politik.
Bahwa selama ini kaum perempuan terjepit oleh persoalan gender. Sehingga ruang gerak mereka sangat konvensional dan sringkali dipandang sebagai tidak layak menjadi misalnya politisi. Status dan kedudukan mereka disektor publik seringkali dipertanyakan dan diperdebatkan. Hal ini seringkali ada pihak-pihak yang merasa diabaikan dan bahkan dirugikan, karena mereka menganggap bahwa mereka juga mampu.
Persoalannya, dalam kondisi seperti sekarang ini apakah ada pengecualian antara caleg yang dipinang oleh partai politik tertentu dan caleg yang secara sukarela mendadaftarkan dirinya sebagai caleg, berbeda dengan caleg dari kalangan kaum laki-laki, apabila nomor urut caleg identik dengan calon jadi ? Sehingga caleg dari pihak kaum perempuan cuma dijadikan sebagai pancingan atau pencetak suara belaka. Inilah antara lain yang menjadi persoalan serius dilihat dari konteks keterlibatan mereka di panggung perpolitikan. Baik nasional maupun lokal. Karena itu perlu komitmen partai politik terhadap keterwakilan kaum perempuan di lembaga legislatif

Bisnis Kursi

Belakangan muncul isu kepermukaan, bahwa partai politik tertentu menerapkan sistem pendaftaran caleg yang dibarengi dengan setoran sejumlah uang. Celakanya, muncul pula desas-desus bahwa kursi legislatif diduga telah dibisniskan. Terlepas dari otak kotor dibelakangnya. Perilaku membisniskan kursi legislatif memang bukan pekerjaan terpuji. Itu bukan saja akan merobohkan pilar kewibawaan lembaga parlemen kita. Melainkan juga menggusur habis idealisme politik.
Oknum politisi yang bertindak seperti itu patut dikategorikan sebagai politisi busuk. Situasi seperti itu telah menimbulkan persangkaan yang bisa mengakibatkan terjadinya pergesekan. Ujung-ujungnya akan muncul ancaman baru bagi terbentuknya idealisme dan cita-cita reformasi politi. Sementara itu, anggapan bahwa reformasi dan pembangunan politik, kini sedang terseok-seok dan amat tidak kondusif, adalah benar belaka.
Idealnya, setiap caleg mestinya tidak dibebani dengan sejumlah setoran uang politik dalam penentuan nomor urut. Ini jelas akan mengundang masalah. Sebab, dengan setoran uang sekian juta setiap caleg yang mendaftarkan dirinya sebagai caleg, akan menimbulkan masalah lain bagi si caleg, yang secara psikologis setiap caleg terpilih tidak akan pernah memikirkan kepentingan rakyat apa lagi untuk membelanya. Caleg seperti itu jelas akan berupaya mengganti uang politik yang telah disetorkannya.
Persoalan menyetor sejumlah uang atau tidak menyetor kepada partai politik yang meminang dan meminta kesediaan para artis mungkin bukanlah masalah serius bagi mereka. Namun bila ada caleg perempuan yang punya potensi dan siap jadi caleg. Lepas dari apakah itu nomor jadi atau bukan. Niatan untuk mendaftar yang disertai dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap nasib rakyat untuk mensejahterakannya, seharusnya diakomodir oleh partai manapun saja. Sehingga tidak terkesan bahwa partai politik yang cenderung hanya memanfaatkan ketenaran para artis belaka untuk meraup suara sebanyak mungkin.
Itu barangkali sebabnya mengapa misalnya penyanyi, Connie Constantia belum menyatakan kesiapannya menjadi calon anggota legislatif (caleg), lantaran belum melihat adanya perubahan berarti dalam panggung politik
di Tanah Air (Kompas, 21 Februari 2004). Menurutnya, apakah caleg atau capres, mesti terlebih dahulu memenuhi tiga kriteria, yakni orang kaya, takut pada Tuhan, dan punya perhatian pada rakyat. Karena itu pula wajarlah kalau Connie juga selektif terhadap parpol yang akan menggaetnya.
Caleg seperti Marissa, --nampaknya boleh dikatakan memenuhi kriteria itu, hanya saja seberapa ruang gerak diberikan padanya sesudah terpilih jadi anggota legislatif-- yang beberapa waktu lalu mengaku lebih sreg dengan Jawa Timur atau Bandung. Tidak tanggung-tanggung, Ia dijadikan sebagai calon jadi.Tentu saja kita berharap agar kehadiran kaum perempuan sebagai anggota legislatif bisa berbuat banyak untuk rakyat. Sebagai artis tenar yang cukup populer tentu tahu bangat bagaimana mengadopsi peran untuk membela kepentingan rakyat.

Janji Parpol

Tentu saja kita berharap agar keterwakilan kaum perempuan di lembaga legislatif itu bukan cuma janji belaka dari partai politik yang ada, melainkan suatu komitmen kuat. Kalau trnyata cuma janji belaka dari partai politik dan tidak bisa memenuhi kuwota sebagaimana diamanatkan undang-undang partai politik. Maka dapat diperkirakan bahwa citra kaum perempuan di panggung perpolitikan kita di Tanah Air, jelas tetap memprihatinkan.
Meskipun barangkali setiap partai politik akan tetap melirik orang-orang terkenal, orang-orang tenar, atau diidolakan masyarakat luas lewat popularitas mereka. Akan tetapi kiprah kaum perempuan di panggung politik baik nasional maupun lokal patut diakomodir. Menurut hemat kita akan lebih baik bila para artis direkrut daripa caleg yang melakukan tindakan pemalsuan ijazah untuk menjadi caleg.

Sampai hari-hari belakangan ini memang belum begitu banyak muncul nama-nama siapa saja wajah baru itu dari kalangan artis yang bakal tampil dipanggung perpolitikan kita. Akan tetapi, Nama-nama seperti Ria Irawan, Nia Daniati, Camelia Malik dan sejumlah artis tenar, nampaknya akan tampil sebagai caleg atau sekadar sebagai juru kampanye (jurkam). Ini lebih bagus daripada memalsu ijazah.
Mereka para artis itu merupakan figur-figur yang memang mesti diperhitungkan oleh partai manapun saja..Tidak hanya untuk meramaikan saja tetapi juga untuk dapat meraih sebanyak mungkin perolehan suara. Ini juga mesti bisa dijadikan sebagai pendidikan politik kaum perempuan. Bahwa posisi perempuan dapat bergeser dari figur pasif menjadi figur aktif, dari pekerjaan disektor domestik ke pekerjaan sektor publik. Sehingga peran serta kaum perempuan dalam berbagai sektor dapat berkembang.
Mereka yang misalnya memilih kendaraan politik adalah Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), --yang capresnya di isukan akan mengusung putri mantan penguasa Orde Baru H. M Soeharto, yakni Mbak Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab disapa Mbak Tutut-- tidak boleh ragu, akan tetapi mesti siap bertarung. Katakanlah seperti artis, penyanyi melankolis Nia Daniati, yang beberapa waktu lalu dikabarkan menjadi calon anggota legislatif dari Partai Karya Peduli Bangsa, yang mengaku akan memperhatikan masalah pendidikan, sebagaimana diberitakan Media Indonesia, 25-01-2004 yang lalu.
Tentang pencalonan Mbak Tutut, mantan presdien Abdurrahman Wahid (Gus Dur), justru melihatnya dari sudut lain, dan mengatakan bahwa Soeharto melarang Tutut jadi capres. Jika benar, maka adalah hal biasa dalam dunia politik, Meskipun menurut pengakuan Mbak Tutut sendiri bahwa dirinya tidak mencalonkan, melainkan diminta untuk dicalonkan. Semua itu bolehlah kita lihat bahwa caleg atau capres perempuan merupakan bagian dari idealisme politik.
Bagaimanapun kehadiran Tutut tetap mengundang persoalan politik. Namun demikian dalam konteks kiprah kaum perempuan bisa saja PKPB akan lebih banyak mengakomodir kaum perempuan dari berbagai kalangan untuk kedepan. Sebab, selain partai ini mesti menyususn kekuatan, juga mesti menciptakan strategi baru, termasuk melahirkan modus baru menjaring caleg untuk memenangkan pemilu yang digelar. Mari, kita ikuti terus perkembangan politik negeri ini dan kita sukseskan pemilu. Perlu itu.

Penulis Bekerja Pada Pusdiklat Regional Depdagri Bukittinggi