Jumat, 09 Mei 2008

Mencari tempat ibadah aman?

Email kepada teman
Versi cetak
Mencari tempat ibadah aman?

Jawa Barat
Beberapa pusat pertokoan di Jawa Barat menjadi rumah ibadah Kristen
Pusat pertokoan yang kosong biasanya tidak menyenangkan atau bahkan mengerikan, seperti pada suatu Minggu pagi.

Namun pagi itu --ketika semua toko masih tutup-- banyak orang yang datang dan suara sepatu mereka bergema di lorong pertokoan yang kosong.
Masih belum jam 8 pagi dan toko-toko masih tutup, jadi tentu mereka datang bukan untuk berbelanja.
Mereka datang ke pertokotan itu untuk berdoa.
Banyak pusat pertokoan di Propinsi Jawa Barat yang kini menjadi tempat beribadah umat Kristen. Di salah satu pusat pertokoan malah ada yang menjadi rumah ibadah dari 10 persekutuan.
Hanya sebagian kecil yang bersedia menjelaskan kenapa mereka sampai beribadah di pusat pertokoan, dan --tanpa bersedia disebutkan namanya-- mereka mengatakan karena kekuatiran intimidasi kelompok Islam.
Laporan dari pihak gereja menyebutkan 100 lebih gereja diserang atau mendapat intimidasi dalam waktu 2 tahun belakangan.
Agama atau peraturan
Salah satu kelompok yang dituduh berada di belakang sejumlah insiden adalah Front Pembela Islam, FPI, sebuah kelompok yang menjadi berita besar ketika mengusir majalah Playboy edisi Indonesia keluar dari ibukota Jakarta.

Mereka menjadi marah dan frustasi sehingga ledakan kecil bisa terjadi
Saipul Abdullah

Para pemimpin umat Kristen menuduh anggota FPI yang membuat sejumlah gereja tutup karena aksi kekerasan maupun intimidasi.
Saipul Abdullah, salah satu pimpinan FPI Jawa Barat, mengatakan kepada BBC bahwa ada kemungkinan anggotanya bertindak emosional.
"Mereka menjadi marah dan frustasi sehingga ledakan kecil bisa terjadi," tuturnya.
"Mungkin mereka melepas papan nama, merusak pintu atau mengunci pintu namun mereka sebenarnya tidak punya hak untuk hal itu."
Namun Saipul Abdullah menegaskan masalahnya bukanlah agama tapi karena sejumlah gereja tidak mengikuti peraturan.
Hanya 20% gereja-gereja di Jawa Barat yang mempunyai ijin resmi untuk melaksanakan ibadah.
Dan Saipul Abdullah mengatakan dia meminta surat tentang keberadaan hukum kepada gereja-gereja yang tidak punya ijin resmi.
Jika tidak ada tanggapan, tambahnya, mereka mengirimkan surat peringatakan dan kemudian meneruskan masalahnya kepada polisi.
Tidak mudah
Agar bisa mendapat ijin resmi, maka sebuah gereja harus mencari 90 tanda-tangan dari umat Islam yang tinggal di sekitar gereja tersebut.
Namun di sejumlah kawasan jelas tidak mudah untuk mendapatkan ijin.

Gereja
Sejumlah umat Kristen kuatir untuk beribadah di tempat terbuk

Salah satu diantaranya adalah Gereja Pasundan, yang sudah berdiri di kawasan pinggiran Bandung selama 60 tahun lebih.
Namun pendetanya, Olbertina Modesta, mengatakan setiap kali mereka berupaya untuk mendapatkan tanda-tangan yang dibutuhkan maka tak ada umat Islam yang bersedia.
Propinsi Jawa Barat memang mempunyai sejarah panjang dari aliran Islam yang keras.
Selema beberapa dekade, propinsi ini menjadi daerah kekuatan Darul Islam, dan di beberapa tempat masih ada ulama-ulama yang menyampaikan pandangan keras.
Tidak ada pilihan

Bulan November tahun lalu, Gereja Pasundan diserang oleh sekelompok umat Islam setempat.
Mereka membalikkan kursi gereja dan melempari buku doa maupun merusak salib di dinding gereja.

Itulah sebabnya saya yakin ini bukan soal ijin tapi karena menjadi Kristen
Pendeta Olbertina Modesta

Dan pendeta Olbertina Modesta yakin bahwa masalah sebenarnya bukanlah sekedar ijin saja.
"Kadang saya mendengar di masjid ada yang mengatakan kami kafir dan kami tidak boleh tinggal di sini," katanya.
"Itulah sebabnya saya yakin ini bukan soal ijin tapi karena menjadi Kristen."
Polisi mengatakan sejauh ini belum ada yang ditangkap sehubungan dengan serangan itu dan pendeta Olbertina kini memimpin ibadah di sebuah rumah sakit setempat.
Pusat pertokoan dan rumah sakit jelas tidak punya ijin sebagai rumah ibadah, namun paling tidak cukup aman, dan untuk sementara waktu.
Dan sampai jemaat --seperti yang dipimpin Olbertina-- bisa mendapatkan gereja yang permanen, maka mereka akan berada di pusat pertokoan atau rumah sakit.


n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar